KONTROVERSI HUKUM PUASA RAJAB: SUNNAH/ BID’AH?
Oleh : Buya Yahya
Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah Cirebon
www.buyayahya.org – BBM : 2304A270 – FB : Buya Yahya
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العلمين. وبه نستعين على أمور الدنيا والدين. وصلى الله على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم أجمعين.
قال الله تعالى : إن عدة الشهور عند الله اثنا عشر شهرا في كتاب الله يوم خلق السماوات والأرض منها أربعة حرم ذلك الدين القيم فلا تظلموا فيهن أنفسكم وقاتلوا المشركين كافة كما يقاتلونكم كافة واعلموا أن الله مع المتقين. الأية
وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى محمد وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة.
PENDAHULUAN
Ada 2 hal yang harus diperhatikan dalam membahas masalah puasa Rajab.
Pertama; Tidak ada riwayat yang benar dari Rasulullah SAW yang melarang
puasa Rajab. Kedua; Banyak riwayat-riwayat tentang keutamaan puasa
Rajab yang tidak benar dan palsu. Didalam masyarakat kita terdapat 2
kutub ekstrim.
Pertama adalah sekelompok kecil kaum muslimin yang
menyuarakan dengan lantang bahwa puasa bulan Rajab adalah bid’ah. Kedua;
Sekelompok orang yang biasa melakukan atau menyeru puasa Rajab akan
tetapi tidak menyadari telah membawa riwayat-riwayat tidak benar dan
palsu. Maka dalam risalah kecil ini kami ingin mencoba menghadirkan
riwayat yang benar sekaligus pemahaman para ulama 4 madzhab tentang
puasa di bulan Rajab.
Sebenarnya masalah puasa rojab sudah
dibahas tuntas oleh ulama-ulama terdahulu dengan jelas dan gamblang.
Akan tetapi karena adanya kelompok kecil hamba-hamba Alloh yang biasa
MENUDUH BID’AH ORANG LAIN menyuarakan dengan lantang bahwa amalan puasa
di bulan Rajab adalah sesuatu yang bid’ah. Dengan Risalah kecil ini
mari kita lihat hujjah para ulama tentang puasa bulan Rajab dan mari
kita juga lihat perbedaan para ulama di dalam menyikapi hukum puasa di
bulan Rajab, yang jelas bulan Rajab adalah termasuk bulan Haram yang
ada 4 (Dzulqo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rajab) dan bulan haram ini
dimuliakan oleh Alloh SWT sehingga tidak diperkenankan untuk berperang
di dalamnya dan masih banyak keutamaan di dalam bulan-bulan haram
tersebut khususnya bulan Rajab. Dan di sini kami hanya akan membahas
masalah puasa Rajab untuk masalah yang lainya seperti hukum merayakan
isro’ mi’roj dan sholat malam di bulan Rajab akan kami hadirkan pada
risalah yang berbeda.
Tidak kami pungkiri adanya hadits-hadits
dho’if atau palsu (Maudhu’) yang sering dikemukakan oleh sebagian
pendukung puasa Rajab. Maka dari itu wajib untuk kami menjelaskan agar
jangan sampai ada yang membawa hadits-hadits palsu biarpun untuk
kebaikan seperti memacu orang untuk beribadah hukumnya adalah HARAM dan
DOSA besar sebagaimana ancaman Rosulullah SAW dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim:
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّءْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Artinya : “Barang siapa sengaja berbohong atas namaku maka hendaknya mempersiapkan diri untuk menempati neraka”.
Dan perlu diketauhi bahwa dengan banyaknya hadits-hadits palsu tentang
keutamaan puasa Rajab itu bukan berarti tidak ada hadist yang benar
yang membicarakan tentang keutamaannya bulan Rajab.
A. Dalil-dalil tentang puasa Rojab
• Dalil-dalil tentang puasa Secara umum
Himbauan secara umum untuk memperbanyak puasa kecuali di hari-hari yang
diharamkan yang 5 dan bulan Rajab adalah bukan termasuk hari-hari yang
diharamkan. Dan juga anjuran-anjuran memperbanyak di hari-hari seperti
puasa hari senin, puasa hari kamis, puasa hari-hari putih, puasa Daud
dan lain-lain yang itu semua bisa dilakukan , dan puasa tersebut tetap
dianjurkan walaupun di bulan Rajab. Berikut ini adalah riwayat-riwayat
tentang keutamaan puasa. Hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori
No.5472:
كُلُّ عَمَلِ ابْن أَدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامُ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ
“Semua amal anak adam (pahalanya) untuknya kecuali puasa maka aku langsung yang membalasnya”
Imam Muslim No.1942:
لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Bau mulutnya orang yang berpuasa itu lebih wangi dari misik menurut Allah kelak di hari qiamat”
Yang dimaksud Alloh akan membalasnya sendiri adalah pahala puasa tidak
terbatas hitungan tidak seperti pahala ibadah sholat jama’ah dengan
keutamaan sholat jama’ah 27 derajat atau ibadah selain yang 1 kebaikkan
dilipatgandakan menjadi 10 kebaikkan.
Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori No.1063 dan Imam Muslim No.1969:
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ كَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَ يُفْطِرُ يَوْمًا
“Sesungguhnya paling utamanya puasa adalah puasa saudaraku Nabi Daud, beliau sehari puasa dan sehari buka”
• Dalil-dalil puasa Rajab secara khusus
a. Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim
أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ حَكِيْمٍ اْلأَنْصَارِيِّ قَالَ: " سَأَلْتُ
سَعِيْدَ بْنَ جُبَيْرٍعَنْ صَوْمِ رَجَبَ ؟ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِيْ
رَجَبَ فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى
نَقُوْلَ لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ"
“Sesungguhnya Ustman Ibn Hakim Al-Anshori, berkata: “Aku bertanya
kepada Sa’id Ibn Jubair tentang puasa di bulan Rajab dan ketika itu kami
memang di bulan Rajab”, maka Sa’id menjawab: “Aku mendengar Ibnu ‘Abbas
berkata: “Nabi Muhammad SAW berpuasa (di bulan Rajab) hingga kami
katakan beliau tidak pernah berbuka di bulan Rajab, dan beliau juga
pernah berbuka di bulan Rajab, hingga kami katakan beliau tidak berpuasa
di bulan Rajab.”
Dari riwayat tersebut di atas bisa dipahami
bahwa Nabi SAW pernah berpuasa di bulan Rajab dengan utuh, dan Nabi-pun
pernah tidak berpuasa dengan utuh. Artinya di saat Nabi SAW
meninggalkan puasa di bulan Rajab itu menunjukan bahwa puasa di bulan
Rajab bukanlah sesuatu yang wajib . Begitulah yang dipahami para ulama
tentang amalan Nabi SAW, jika Nabi melakukan satu amalan kemudian Nabi
meninggalkannya itu menunjukan amalan itu bukan suatu yang wajib, dan
hukum mengamalkannya adalah sunnah.
b. Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah
عَنْ مُجِيْبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ أَبِيْهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ
:أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُُمَّ انْطَلَقَ
فَأَتَاهُ بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ تَغَيَّرَتْ حَالَتُهُ وَهَيْئَتُهُ
فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَمَا تَعْرِفُنِيْ. قَالَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ
أَنَا الْبَاهِلِيِّ الَّذِيْ جِئْتُكَ عَامَ اْلأَوَّلِ قَالَ فَمَا
غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ الْهَيْئَةِ قَالَ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا
إِلاَّ بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَ عَذَّبْتَ نَفْسَكَ. ثُمَّ قَالَ صُمْ شَهْرَ
الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَ زِدْنِيْ فَإِنَّ بِيْ
قُوَّةً قَالَ صُمْ يَوْمَيْنِ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ ثَلاَثَةَ
أَيَّامٍ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ
الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ
الثَّلاَثَةِ فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا. رواه أبو داود 2/322
“Dari Mujibah Al-Bahiliah dari ayahnya atau pamannya sesungguhnya ia
(ayah atau paman) datang kepada Rasulullah SAW kemudian berpisah dan
kemudian dating lagi kepada rasulullah setelah setahun dalam keadaan
tubuh yang berubah (kurus), dia berkata : Yaa Rasululallah apakah engkau
tidak mengenalku? Rasulullah SAW menjawab : siapa engkau? Dia pun
berkata : Aku Al-Bahili yang pernah menemuimu setahun yang lalu.
Rasulullah SAW bertanya : apa yang membuatmu berubah sedangkan dulu
keadaanmu baik-baik saja (segar-bugar), ia menjawab : aku tidak makan
kecuali pada malam hari
(yakni berpuasa) semenjak berpisah denganmu,
maka Rasulullah SAW bersabda : mengapa engkau menyiksa dirimu,
berpuasalah di bulan sabar dan sehari di setiap bulan, lalu ia berkata :
tambah lagi (yaa Rasulallah) sesungguhnya aku masih kuat. Rasulullah
SAW berkata : berpuasalah 2 hari (setiap bulan), dia pun berkata :
tambah lagi ya Rasulalloh. Rasulullah SAW berkata : berpuasalah 3 hari
(setiap bulan), ia pun berkata: tambah lagi (Yaa Rasulallah), Rasulullah
SAW bersabda :jika engkau menghendaki berpuasalah engkau di bulan-bulan
haram (Rajab, Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah dan Muharrom) dan jika engkau
menghendaki maka tinggalkanlah, beliau mengatakan hal itu tiga kali
sambil menggemgam 3 jarinya kemudian membukanya.
Imam nawawi menjelaskan hadits tersebut.
قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " صُمْ مِنَ الْحُرُمِ
وَاتْرُكْ" إنما أمره بالترك ; لأنه كان يشق عليه إكثار الصوم كما ذكره في
أول الحديث . فأما من لم يشق عليه فصوم جميعها فضيلة . المجموع 6/439
“Sabda Rasulullah SAW :
صم من الحرم واترك
“Berpuasalah di bulan haram kemudian tinggalkanlah”
Sesungguhnya nabi saw memerintahkan berbuka kepadaorang tersebut karena
dipandang puasa terus- menerus akan memberatkannya dan menjadikan
fisiknya berubah. Adapun bagi orang yang tidak merasa berat untuk
melakukan puasa, maka berpuasa dibulan Rajab seutuhnya adalah sebuah
keutamaan. Majmu’ Syarh Muhadzdzab juz 6 hal. 439
c. Hadits riwayat Usamah Bin Zaid
قال قلت : يا رسول الله لم أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان قال
ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب
العالمين وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم. رواه النسائي 4/201
“Aku
berkata kepada Rasulullah : Yaa Rasulallah aku tidak pernah melihatmu
berpuasa sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban. Rasulullah SAW
menjawab : bulan sya’ban itu adalah bulan yang dilalaikan di antara
bulan Rajab dan Ramadhan, dan bulan sya’ban adalah bulan diangkatnya
amal-amal kepada Allah SWT dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaaan
aku berpuasa”. HR. Imam An-Nasa’I Juz 4 Hal. 201
Imam Syaukani menjelaskan
ظاهر قوله في حديث أسامة : " إن شعبان شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان
أنه يستحب صوم رجب ; لأن الظاهر أن المراد أنهم يغفلون عن تعظيم شعبان
بالصوم كما يعظمون رمضان ورجبا به . نيل الأوطار 4/291
Secara tersurat yang dipahami dari hadits yang diriwayatkan oleh Usamah, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan manusia di
antara Rajab dan Ramadhan” ini menunjukkan bahwa puasa Rajab adalah
sunnah sebab bisa difahami dengan jelas dari sabda Nabi Saw bahwa mereka
lalai dari mengagungkan sya’ban dengan berpuasa karena mereka sibuk
mengagungkan ramadhan dan Rajab dengan berpuasa”. Naylul Author juz 4
hal 291
B. Kesimpulan
Dari penjelasan dari ulama empat
madhab sangat jelas bahwa puasa bulan Rojab adalah sunnah hanya menurut
madhab imam Ahmad saja yang makruh. Dan ternyata kemakruhan puasa Rajab
menurut madhab Imam Hanbali itu pun jika dilakukan sebulan penuh adapun
kalau dibolongi satu hari saja maka kemakruhannya sudah hilang atau
bisa disambung dengan sehari saja sebelum atau sesudah Rajab. Dan mereka
tidak mengatakan Bid'ah sebagaimana yang marak akhir-akhir ini
disuarakan oleh kelompok orang dengan menyebar selebaran, siaran radio
atau internet .
Wallohu a'lam bishshowab
Harap disebarkan, sebab Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
“Barang siapa yang menunjukkan suatu kebaikan maka ia akan mendapatkan
pahala yang sama dengan orang yang melakukannya”. HR. Imam Muslim
<3 Muslimah <3