Rabu, 28 November 2012

Kajian Al Hikam - Hikmah ke 115


Assalamu'alaikum Wr Wb

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Ulasan kajian Kitab Al-Hikam & Ringkasan Shohih Bukhori oleh Ibn Abi Jamroh
Bersama Buya Yahya
Senin malam Selasa tgl. 14 Dzul Hijjah 1433 H / 29 Oktober 2012
Pkl. 20.00 s/d 21.30 WIB di Masjid Raya At-Taqwa jl. RA. Kartini – Kejaksan – Cirebon

(Dapat juga lihat artikel selengkapnya di http://hikammuslimah.blogspot.com/)

Muqoddimah (Pendahuluan)

“Tidak semua nikmat yang kita terima adalah hakikat Nikmat, bisa saja itu adalah Istidraj dari Allah, sedangkan Nikmat yang didapat dengan bersyukur maka itulah hakikat Nikmat, seperti hadirnya kita di Majelis Ta’lim ini, mudah-mudahan Nikmat ini adalah buah syukur kita yang lalu”.

Hadits Ibn Abi Jamroh ringkasan dari Kitab Shohih Bukhori no. 96 :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ :
مَنْ صَوَّرَ صُوْرَةً فَإِنَّ اللهُ يُعَذِّبَهُ حَتَّى يَنْفُخَ فِيْهَا الرُّوْحَ وَلَيْسَ بِنَافِخٍ فِيْهَا أَبَدًا.
Dari Ibnu Abbas ra, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa membuat suatu Suroh maka kelak Allah akan menyiksanya sampai ia bisa meniupkan ruh ke dalam Suroh tersebut sedangkan ia tidak bisa meniupkannya selamanya.”

Syarah Hadits :

Ulama’ dalam mencetuskan suatu hukum mengambil suatu Kaidah yang disebut dengan تَحْقِيْقُ الْمَنَطِ : “Memutus hukum dari sabda Nabi berdasarkan apa yang terjadi pada zaman Nabi”.

Suroh : secara bahasa artinya adalah : Gambar, foto, fotocopy. Sedangkan Suroh yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah Patung berdasarkan riwayat lainnya.

Hukum Suroh :
1. Halal Mutlaq, yaitu : Gambar yang tidak sesuatu yang tidak bernyawa seperti gambar gunung, pohon, laut, langit dll.
2. Haram Mutlak, yaitu Gambar yang berjasad seperti Patung walaupun terbuat dari roti, kain dll.
3. Gambar yang tidak berjasad (lukisan), dlaam hal ini Ulama’ berbeda pendapat namun kebanyakan Ulama’ menyatakan haram.
4. Fotografi, mayoritas Ulama’ mengatakan tidak haram kecuali Ulama’ dari India yang sangat keras dalam hal ini, sebab banyak di India orang yang masih menyembah gambar dewa-dewi.
5. Boneka halal hanya untuk anak kecil


Kajian Kitab Al-Hikam Ibnu Athoillah As-Sakandari
Hikmah ke 115
“Allah tahu bahwa pada dirimu itu ada kebosanan makanya Allah menjadikan ketaatan itu bermacam-macam dan Allah juga tahu bahwa pada dirimu itu ada sifat melampaui batas makanya Allah memberi batasan agar semangatmu itu digunakan untuk menegakkan Sholat bukan mewujudkan Sholat, sebab tak semua orang yang melakukan Sholat itu mendirikan Sholat.”

Syarah Hikmah :
Allah menjadikan Ibadah itu bermacam-macam itu bertujuan untuk melengkapi kebutuhan rohani kita sebagaimana Jasmani tak hanya butuh nasi saja melainkan juga butuh pada ikan, daging, sayuran, buah-buahan, air dll

Bermacam-macamnya Ibadah itu agar orang tidak bosan dengan satu ketaatan yang ia lakukan sehingga ia meninggalkan amalnya tersebut, seperti apabila orang tersebut sehari semalam hanya sholat saja maka ia akan merasakan kebosanan sehingga membuatnya meninggalkan amal, makanya ada Sholat, dzikir, baca Al-Qur’an, puasa, zakat, sedekah, haji dll agar orang tidak bosan dengan ibadahnya, kemudian Allah memberi batasan pada Ibadah tersebut agar orang Istiqomah dalam melakukannya.

Ibadah itu bermacam-macam agar semuanya juga bisa melakukannya, seperti yang tidak bisa naik haji bisa dengan sholat Dhuha, yang tidak bisa bersedekah cukup dengan membaca Tahmid, Tasbih, Takbir & Tahlil, membantu orang menaikkan muatannya adalah sedekah, menyingkirkan hal yg menggangganggu di jalan adalah sedekah, melerai orang yang bertikai adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah.

Hakikat Ibadah adalah patu pada Allah SWT, makanya Allah juga memberi batasan dalam beribadah seperti puasa, walaupun orang itu kuat berpuasa sepanjang tahun adakalanya ia tidak boleh bahlan haram berpuasa seperti di hari raya Idul Fitri, Idul Adha & Hari-hari Tasyriq, begitupun sholat ada juga yang diharamkan yaitu Sholat setelah Ashar & Setelah Shubuh seperti Sholat Sunnah Mutlak, Istikharah & Hajat.

Berlebih-lebihan dalam ibadah itu tidak baik, karena hal itu timbulnya dari hawa nafsu, makanya adanya Bid’ah (mengada-ada) dalam syariat seperti orang yang kuat melakukan sholat banyak rakaat malah melakukan Shalat Shubuh 5 rakaat, atau puasa sehari semalam tanpa buka, sungguh ibadahnya tersebut didasari pada hawa nafsu bukan karena kepatuhan kepada Allah.

Orang yang disanjung dalam Al-Qur’an adalah yang mendirikan Shalat bukan yang melakukan Shalat seperti ayat berikut ini :
الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلاَتِهِمْ سَاهُوْنَ فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّيْنَ
“Neraka bagi orang yang melakukan Shalat, yaitu orang-orang yang lalai akan sholatnya”
Yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang melakukan Shalat bukan yang menegakkan Shalat, adapun orang yang menegakkan Shalat itu yang memenuhi kriteria brk ini :
1. Memenuhi Syarat Syahnya Shalat seperti suci dari hadats, masuk waktu dll
2. Khusyu’ (inilah hal yang terpenting dalam Shalat, sebab diterimanya Shalat itu sesuai dengan kadar kekhusyu’an orang tsb, dan usaha untuk khusyu’ tersebut sudah termasuk bagian dari khusyu’: tingkatan paling rendah dari khusyu’ adalah tenangnya anggota badan (tidak banyak bergerak), kemudian menghadirkan lafadz yang ia baca dalam hatinya, kemudian merenungi maknanya, kemudian seolah-olah ia merasa melihat Allah atau sedang diawasi oleh Allah)

Yang dituntut dalam ibadah itu adalah Kualitasnya bukan banyaknya yang ia lakukan, begitupun Al-Qur’an, bukan banykanya ia menghatamkan Al-Qur’an akan tetapi sedalam apa ia merenungi Al-Qur’an dan sebanyak apa ia mengamalkan Al-Qur’an, membaca Surat Al-Baqarah 12 jam sambil direnungi itu lebih baik dari pada membaca Al-Qur’an sampai hatam selama 12 jam tanpa direnungi.

Ibadah itu ada 2 :
1. Mempunyai jenis & kadar, seperti Shalat Dhuha dengan kadar 2 s/d 8 rakaat dan ada yg mengatakan 12 rakaat
2. Mempunyai jenis tapi tidak ada kadarnya seperti : Membaca Al-Qur;an tidak ada batas minimal & maximalnya.

Kesimpulan :
1. Patuhilah kasih sayang Allah kepada anda yaitu Allah membuat Ibadah itu bermacam-macam agar anda tidak jenuh, dan Allah memberi batasan dalam beribadah itu agar kita bisa Istiqomah dalam melakukannya.
2. Ibadah apakah yang paling bagus untuk kita?
Ibadah yang paling bagus adalah yang melawan hawa nafsu kita, suatu saat ada yang bertanya kepada Rasulullah tentang amalan apa yang paling utama maka beliau menjawab : Sholat di awal waktu, kemudian ada yang bertanya dengan pertanyaan yang serupa maka beliau menjawab : Berbakti kepada orang tua, ada lagi yang bertanya beliau menjawab : Jihad fi Sabilillah, maknanya apa? Rasulullah tersebut melihat sisi lain dari orang yang bertanya tersebut, munngkin yang satu kurang baktinya kepada orang tua, yang satunya lalai dalam sholatnya dan yang satunya lagi malas untuk berperang sehingga amal yang paling utama bagi mereka adalah yang melawan hawa nafsu mereka. Bagi oran yang pelit berpuasa sangat mudah maka amal yang paling utama baginya adalah bersedekah, yang sombong coba ia menyapu halaman rumahnya, membantu pekerjaan orang miskin, sebagaiman ayang terjadi pada Sayyidina Umar suatu saat setelah berkhutbah ada yang memujinya lantas ia membawa kendali kuda kemudian mencucinya untuk melawan hawa nafsunya karena beliau merasakan bibit kesombongan mulai tumbuh di hatinya. Makanya yang pelit mintalah kepada Allah agar dijadikan orang yang dermawan, yang sombong minta kepada Allah agar dijadikan orang yang tawaddu’ tentunya dengan menyebut nama-nama Allah seperti : Ya Mutakabbir dll.

Sesi tanya Jawab :

1. Bagaimana hukumnya seorang yang hamil berperiksa kepada dokter laki-laki sehubung di kotanya tidak ada dokter perempuan dan yang ada hanya bidan?
2. Ada hadits yang melarang menempel gambar di dinding rumah sebab Malaikat Jibril tidak akan masuk ke rumah tsb, apakah benar hadits tsb?
3. Apakah ada batasan orang dalam bersedekah? Bolehkah bersedekah dari hasil ngutang?
4. Bolehkah sholat dijama’ karena tiap hari banyak kesibukan berdagang? Seperti Ashar dijama’ dengan Maghrib
5. Ada orang yang rajin Sholat, tapi sering bertengkar dengan isterinya kemudian ia keluar dan berzina, apakah taubatnya akan diterima?
Jawab :
1. Permasalahannya bukan dokter laki-laki atau perempuan, akan tetapi pada persoalan Khalwah (berduaannya laki-laki dan perempuan tanpa adanya mahrom) dan membuka Aurat.
Apabila Cuma berperiksa atau melahirkan selama masih ada dokter perempuan atau bidan maka haram apabila datang kepada dokter laki-laki, kecuali apabila berperiksanya tsb ditemani oleh mahromnya dan ketika berperiksa tidak main buka-buka aurat apalagi aurat besar (kemaluan & lubang belakang) walaupun sesama wanitanya, sedangkan kalau oprasi (darurat) kalau sudah tidak ada dokter perempuan maka boleh dilakukan oleh dokter laki-laki pun itu harus dipilih dokter yang menjaga etika yang membuka seperluanya saja dan tidak main buka ini dan itu.
Suatu saat Habib Ali Al-Jufri pernah berkata : Ketahuilah barang siapa yang berpegang teguh pada hukum Allah maka Allah akan selalu menjaganya, suatu saat ketika kasus WTC menyebabkan wanita yang berhijab dituding sebagai teroris ada seorang muslimah yang izin kepada suaminya untuk menemui temannya, sang suami sangat hawatir dengan isterinya yang saat itu berpegang teguh dengan hijabnya dan tak mau melepasnya, akhirnya setelah ia berkunjung ke rumah temannya yang non muslim ternayata temannya memanggil polisi wanita untuk mengawalnya sampai ke rumah karena takut kenapa-kenapa, sampai-sampai suaminya kaget disangkanya sang isteri mau ditangkap oleh polisi tapi ternyata malah dikawal, itulah hikmah dari orang yang menjaga hukum-hukum Allah.

2. Memang benar ada hadits yang menjelaskan tentang larangan menaruh Suroh di dalam rumah sebab Malaikat Jibril tidak akan masuk dalam riwayat lain Malailat Rahmat tidak akan masuk, namun Suroh yang dimaksud di sini adalah Patung dan gambar makhluq yang bernyawa, kalau foto tidak masuk pembahasan.

3. Dalam bersedekah tidak ada batasannya, berapapun besarnya anda boleh bersedekah akan tetapi jangan sampai karena bersedekah anak dan isteri anda jadi terlantar, sedekah adalah sunnah sedangkan nafkah itu wajib. Adapun bersedekah dengan berhutang itu boleh-boleh saja asalkan ia punya gambaran untuk membayarnya seperti : ia masih punya gaji bulan depan dan bisa untuk dibayarkan, namun sekarang ada yang membutuhkan mak aboleh ia berhutang untuk bersedekah, namun ada yang perlu anda perhatikan dalam berhutang, kalau berhutangnya berhubungan dengan riba maka jelas itu haram dan tanda suatu amal itu didasari oleh hawa nafsu dan tidak ikhlas adalah ketika ia sudah tidak peduli dari mana ia mendapatkan hartanya tsb? Berarti yg ia cari hanya pujian dan sanjungan, ketahuilah anda tidak wajib membantu kalau anda tidak mampu, yang berdosa adalah ketika ada orang yang kaya kemudian ada yang sedang membutuhkan malah ia tidak mau membantunya.

4. Sholat itu boleh dijama’ dengan sebab berikut ini :
a. Perjalanan, menurut pendapat yang kuat adalah dengan tujuannya itu melebihi 84 KM, namun ada yang mengatakan boleh melakukan Jama’ walaupun jarak tujuannya itu tidak sejauh 84 Km yang penting sudah keluar dari batas Balad (kecamatan).
b. Hujan, boleh melakuakn jama’ karena hujan hanya pada Sholat berjama’ah di masjid dan hanya Jama’ Taqdim saja, yaitu apabila menemukan hujan ketika Sholat yang pertama di Takbiratul Ihram, di dalam Sholat atau sebelum salam.
c. Sakit, boleh menjama’ Shalat karena sakit yaitu sakit yang sangat parah sekiranya kalau tidak dijama’ maka Sholat yang berikutnya atau sebelumnya itu menjadi kurang sempurna atau terlalu repot untuk bersucinya.
Namun selain 3 sebab teresut di atas ada juga sebab diperkenankannya menjama’ Shalat sperti yang disebutkan oleh Imam Haddad bahwasannya boleh menjama’ Shalat karena kesibukan yang jarang terjadi seperti : Penganten, atau hadir Walimahan yang diperkirakan ketika sampai di tempat tsb tidak bisa melakukan Shalat seperti sempitnya tempat Shalat, atau kurang terhormat, atau susah untuk bersucinya maka diperkenankan baginya untuk menjama’ Shalat di rumah, namun Walimah yang ia idak hadiri haruslah yang tidak ada maksiatnya.

5. Ketahuilah tidaklah seseorang yang melakukan maksiat itu melainkan imannya dicabut, adapun yang disebutkan tadi adalah orang yang rajin sholat namun masih sering ribut dengan isterinya bahkan sampai melakukan zina, hal ini menunjukkan bahwa ia tidak mendapat manfaat dari sholatnya, dan ketahuilah dosanya orang yang berzina itu sangat besar apalagi kelak di akhirat siksanya amat dahsyat, bertaubatlah karena tiada jalan lain kecuali dengan taubat, adapun tanda seseorang itu tulus dalam taubatnya adalah ia menyesal dan tak mau lagi mengulanginya, sebagaimana seseorang yang membawa uang satu juta di kantongnya, stelah berjalan lama kemudian ia merasakan uangnya itu hilang ternyata disebabkan kantongnya yang bolong maka tanda penyesalannya adalah ia tidak akan menaruh lagi uang di kantongnya yang bolong, begitupun orang yang bertaubat dari maksiat.

Wallahu A’lam Bisshowab.

By : Admin Tim Pustaka Al-Bahjah Cirebon, Sekretariat : Jl. Pangeran Cakrabuana Blok Gudang Air no. 179, Kel. Sendang – Kec. SUmber – Kab. Cirebon 45611, CP : Abdullah 081 312 131 936
Website : www.buyayahya.org , www.buyayahya.tvwww.radioquonline.com ,http://203.29.26.107:8199/listen.pls (Radio Qu 98,5 FM)
FB : Tim Dakwah Al Bahjah Cirebon, Radioqu Cirebon,
FB Page : Buya Yahya, RadioQu 98.5 Fm Cirebon
Jangan Lupa di-Like ya…

YM : majelis_albahjah@yahoo.co.id , radio_qu@yahoo.com

O iya jangan lupa juga play & share Oase Iman Buya Yahya di :
http://www.buyayahya.org/mp3-buya/oase-iman.html
mohon disebarkan karena "barang siapa menunjukkan suatu kebaikan maka ia mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya" HR. MUSLIM

Gabung Juga yuuk LIKE/SUKA page ♥ Muslimah ♥

Wassalamu'alaikum Wr Wb
 

Senin, 01 Oktober 2012

Khutbah Istisqa’ – Buya Yahya (Selasa 2 Dzul Qo’dah 1433 H /18 September 2012)

Khutbah Istisqa’ – Buya Yahya
Alun-Alun Kejaksan – Cirebon 
Selasa 2 Dzul Qo’dah 1433 H /18 September 2012
Pkl. 12.30 s/d Selesai

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ ۷x
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لاَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَمُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَهَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ الْبَشِيْرِ وَالنَّذِيْرِالََّذِيْ تَنْفَتِحُ بِهِ أَبْوَابُ الْخَيْرِ وَتَنْغَلِقُ بِهِ أَبْوَابُ الشَّرِّ وَعَلَى آلِهِ الأَطْهَارِ وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ .... اِتَّقُوا اللهَ... اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
إِسْتَغْفِرُوْ رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا... إِسْتَغْفِرُوْ رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا.....
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ...

Kaum muslimin hamba-hamba Allah yang telah dipilih Allah untuk menjadi hamba yang sadar bahwa segala sesuatu yang ditimpakan oleh Allah kepada hambanya adalah harus menjadi bahan untuk kita belajar dekat kepada Allah .

Pada hari ini kita dikumpulkan oleh Allah, di sini untuk memohon kepada Allah, Allah yang menggerakan hati kita untuk berkeinginan untuk mengadakan acara ini, menghadiri acara yang mulia, acara permohonan kepada Allah, yang memberi kesempatan Allah, yang meringankan langkah kita adalah Allah, artinya kita telah dipilih oleh Allah untuk menjadi hamba yang sadar bahwa apapun yang terjadi pada kitra harus menjadi bahan renungan.

Kita memohon kepda Allah agar Allah memberikan kepada kita hujan, yang perlu kita hadirkan saat ini bahwa tidak terputus hujan, tidak terputus rezeki kecuali karena kita, maka dari itu mari kita semua merenungi kesalahan-kesalahan kita kepada Allah, dosa-dosa kita kepada Allah, kalau kita saat ini merasakan panas di padang yang sekecil ini, ketahuilah suatu ketika kita akan merasakan panas yang begitu dahsyat di padang mahsyar yang begitu amat luas, kita tidak ingin saat berada di Padang yang amat luas yaitu Padang Mahsyar, kita tidak ingin nanti kita saat berada di Padang Mahsyar punya dosa-dosa kepada Allah, kemudian kita akan dihukum di padang Mahsyar.

Maka dari itu saat ini di padang yang kecil ini di dunia ini mari kita memohon pengampunan kepada Allah , agar Allah menghapus dosa-dosa kita dan kemudian Allah menurunkan rahmat kepada kita, hujan diputus untuk kita semoga itu bukan berarti akan diputus rahmat Allah ntuk kita, maka dari itu mari kita memmohon kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar Allah menurunkan kepada hujan kita, hujan yang penuh dengan rahmat, yang tidak akan mengurangi kekhusuan kita kepada Allah, hujan yang menjadikan kita tidak bermaksiat kepada Allah, dan tidak menjadikan kita semakin jauh dari Allah.

Banyak sekali nikmat diberikan oleh Allah akan tetapi justru malah mejadikan hamba itu semakin jauh dari Allah, ada hamba mendapatkan hujan justru dengan hujan itu mereka bermaksiat, ada hamba mendapatkan hujan justru dengan hujan itu mereka semakin jauh dari Allah, yang biasanya hadir ke Majelis Ta’lim menjadi tidak hadir karena hujan, ada yang biasa beribadah menjadi tidak beribadah gara-gara hujan.

Kita ingin bahwa hujan yang diturunkan oleh benar-benar hujan rahmat, maka dari itu mari kita memohon pada saat ini, pada saat inilah kita memohon kepada Allah, akan tetapi terlebih dahulu jangan banyak mohon kecuali kita banyak koreksi diri agar Allah mengkabulkan permohonan kita.
Koreksi yang pertama adalah ayo kita sesali dosa-dosa kita, kita semua bakal mati kita semua bakal memnemui ajal kita cepat atau lambat kita bakal mati, sadarilah makana ini.

أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لاَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ.

Kita harus menyadari bahwa kesalahan kita akan mengundang murka Allah, siapapun dari kita mari kita tingkatkan penyesalan kita, renungilah dosa-dosa kita dosa kepada Allah dan dosa kepada sesama manusia, bagaimana dengan sholat kita di rumah kita, saudara kita bagaimana dengan sholat mereka, apa yang sering kita lihat di rumah kita, tontonan apa yang kita saksikan di rumah kita, bagaimana dengan puasa kita dan anak-anak kita, dosa apa yang pernah kita lakukan di rumah kita , jangan sampai dosa ini mengundang murka Allah di akhirat kelak, maka sebelum ajal tiba mari kita meminta ampun kepada Allah.

Alangkah banyaknya dosa yang kita lakukan kepada Allah, jika dosa kita tidak diampuni oleh Allah di dunia maka dosa kita akan dituntut di akhirat, akan dituntut di padang mahsyar dan akan dituntut di neraka, sungguh alangkah mengerikannya.

Mumpung masih ada nyawa di kandung badan, ayo segera kembali kepada Allah, pintu maaf Allah dibuka lebar-lebar bagi siapapun yang ingin memasukinya, jangan dilewatkan selagi masih ada kesempatan, kalau nyawa sudah dicabut tidak akan ada lagi kesempatan untuk minta maaf maka dari itu sesali dosa-dosa kita, apa yang kita lakukan sendiri di tempat itu? di kamar itu? bersama itu? dengan pekerjaan itu?

Renungi! Renungi jangan sampai dosa itu tidak kita adukan kepada Allah, saat ini ayo kita mengadu kepada Allah, ya Allah ampuni dosa kami, mohon ampunlah kepada Allah lintaskan dalam hati anda apapun yang pernah anda lakukan dari dosa-dosa ketahuilah bahwa Allah maha pengampun, kecuali jika anda tidak mau mengadukan kepada Allah.
Adukan kesalahanmu, ketahuilah dosa segede apapun Allah pasti mengampuni :
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَذَنْبَ لَهُ
“Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak pernah berbuat dosa.”

Yang pernah mabuk minta ampunlah kepada Allah dan minta perlindungan Allah agar tidak mabuk lagi, ketahuilah mabuk adalah dosa besar, sungguh hukumannya ngeri di hadapan Allah, hal ini jika anda meminta maaf maka Allah akan mengampuni, zina adalah dosa besar dan akan mengundang kutukan Allah di dunia dan di akhirat.
Siapapun yang pernah terpleset dalam dosa pada hina dan busuknya zina, minta ampunlah kepada Allah, lintaskan di batin kita untuk memohon ampun kepada Allah, sungguh jika Allah tidak mengampuni dosa kita di dunia ini maka di akrat nanti kita akan disiksa oleh Allah sebab dosa kita itu, kita akan disika di alam barzah, akan disiksa di Padang Mahsyar sungguh sangat mengerikan, bertobatlah saat ini jangan ditunda esok hari, kita saat ini berada disutu tempat, di tempat ini kita berdoa kepada Allah.

Mari kita adukan dosa-dosa kita hanya kepada Allah, sebelum kita meminta hujan semoga Allah mengampuni kita, semoga Allah mengangkat derajat kita, mari kita memohon ampun kepada Allah dan dosa dengan sesama harus kita pikirkan tidak cukup kita mengakui dosa kita kepada Allah dan sungguh dosa kepada Allah akan begitu mudah diampuni oleh Allah kalau kita mau, akan tetapi dosa kita kepada sesama manusia itulah yang sulit, maka dari itu ayolah kita meminta maaf meminta ampun kepada sesame manusia, mungkin kita punya dosa dengan orang tua kita, yang masih mempunyai orang tua jangan sampai menyakiti orang tua, apabila orang tua sengsara dapat menyebabkanmu sengsara di dunia dan diakhirat, hey yang punya saudara, kenapa masih saling berebut gara-gara harta warisan, jika kau merebut dan memutuskan persaudaraan dengan saudaramu maka sungguh sujud dan rukukmu tidak diterima oleh Allah dan itu semua hanya akan mengantarkanmu ke neraka .

Perhatikan saudara dan adik-adikmu, jangan sampai engkau memutus tali persaudaraan hanya gara-gara harata warisan. tetanggamu jangan sampai kau sakiti dengan prilakumu, tetanggamu jangan kau sakiti dengan kesombonganmu, tetamggamu jangan sampai kau sakiti dengan perilaku dan kata-katamu yang tidak pernah kau control.
Takutlah kepada Allah!

Semua kesalahan, semua kedzolimam yang kita lakuakan terhadap sesama manusia, takutlah jika orang tersebut tidak memaafkan kita maka Allah akan menuntut kita atas apa yang telah kita perbuat. Hal itu juga dapat menyebabkan terhalangnya kita masuk surganya Allah.
Pembantu di rumah kita, orang yang bersama kita, jangan bohong saat jual-beli, dan sungguh banyak dosa-dosa yang telah kita lakukan ayo saat ini, kita minta ampun kepada Allah sebelum kita dibungkus dengan kain kafan, sebelum kita diantarkan ke kuburan itu, sebelum kita ditanya malaikat Mungkar dan Nakir, apakah kita tidak sadar semua bakal mati? Yang kuat bakal mati, yang lemah bakal mati, yang miskin bakal mati, yang kaya bakal mati.

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ

Sungguh seandainya kita disiksa di dunia ini dengan semacam ini dengan tidak adannya air sehingga di khirat sudah cukup, akan tetapi kita pengen bahwasanya kita di dunia kita tidak disiksa oleh Allah, di dunia kita penuh rahmat Allah, maka dari itu jalani hidup di dunia dengan permohonan ampun kepada Allah, sehingga apapun yang alah berikan menjadi rahmat, saat ini kita memohon ampun kepada Allah, jika ada hamba berdosa, jika ada hamba bermaksiat akan tetapi terus diberikan karunia oleh Allah, itu bukan nikmat yang sesungguhnya itulah umpan yang Allah coba untuk memasukkan dia ke dalam jurang api neraka.

Maka dari itu jangan sampai dengan kemaksiatan kita, kita menjadi lengah dan lalai, kita diberi nikmat sementara kita bermaksiat, kita harus sadar jika Allah memberikan kita nikmat sementara kita bermaksiat bisa saja itu menjadikan kita terjerumus ke dalam api nerka, akan tetapi kita berusaha di dunia untuk mendapatkan ampunan dari Allah, dan agar kita mendapatkan nikmat yang sesungguhnya, termasuk hujan yang kita mohon, semoga akan turun hujan rahmat yang sesungguhnya, rizki kita penuh berkah, kehidupan kita semakin nyaman.

Ya Allah ampunilah kami semua yang hadir di tempat ini ya Allah, dan turunkan kepada kami hujan ya Allah, hujan rahmat ya Allah, dan jangan kirim hujan yang menjadikan sebab kita hancur ya Allah.

Mari wahai kaum muslimin walmuslimat dalam khutbah yang singkat ini dalam pertemuan kita yang singkat ini benar-benar kita jadikan saat untuk merenungi dosa-dosa kita, kita semua bakal mati, hidup kita hanya sementara, 60-70 tahun kita lewati dunia ini setelah itu kita masuk alam barzah, tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, dekatlah kapada ulama-ulama rosulillah, dekatlah kepada majlis-majlis yang mulia, jangan nsampai kita jauh dari kemuliaan, sungguh sangat mengerikan jika nanti dicabut nyawa kita ternyata kita jauh dari Allah, maka dari itu ayo kita memohon ampun, kita sesali dosa-dosa kita, dan di antara kita yang saat ini hadir merasa ka nada dosa tapi sulit untuk memohon ampun atau susah meninggalkanhya maka mintalah kepada Allah agar Allah membantu kita untuk meninggalkan dosa tersebut, intinya jangan sampai dosa tersebut disembunyikan di hadapan Allah, kesalahan jangan disembunyikan di hadapan Allah, mengakulah kepada Allah, segede apapun dosa tersebut, seberat apapun anda meninggalkan dosa itu adukanlah kepada Allah, maka Allah akan memgampuni dosa-dosa kita.

Beginilah yang dianjurkan dalam Shalat Istisqa’. Dihimbau yang pertama untuk banyak bertaubat kepada Allah, dan bertaubat terhadap sesama manusia, yang kedua berjuang untuk mempertemukan 2 orang yang berselisih, menjadi ahli penyambung silaturahmi itulah yang menjadikan sebab keberkahan dalam kehidupan kita, kemudian memohon kepada Allah dalam Istisqa’.
Kita berkumpul ditempat mulia seperti ini kita memohon kepada Allah dan mudah-mudah dengan sebab ini kita sambung dengan kekasih Allah Nabi Muhammad Saw, inilah ilmu, inilah yang biasa kita amalkan jangan sampai kita mendengar ilmu tidak kita amalkan, barangkali pada saat ini mungkin ada di yang baru pertama kali melakukan Shalat Istisqa’, mungkin ada yang 2 kali melakukan Shalat Istisqa’, inilah sunnah Muhammad SAW dan mudah-mudahan dengan ini semua kita akan turun hujan kepada kita, hujan yang penuh dengan rahmat, tidak menjadikan kita kurang dari berzikir kpeada Allah, tidak akan menjadikan kita maksiat kepada Allah.

Dosa segede apapun Allah akan diampuni asal hamba itu memohon ampun, seseorang tidak akan bisa memohon ampun melainkan ada penyesalan pada dirinya dan orang tidak akan bisa menyesali dosa-dosanya tersebut kecuali dia sadar. Yang tidak menyesali dosanya tidak akan diampuni dosanya. Dan untuk bisa sampai kepada tingkat sadar, maka kita harus sering tafakur dan merenung.

Maka setelah hari ini, sisihkan waktu Anda di rumah anda, di kamar Anda yang sempit itu untuk menghadap kepada Allah. Bukan Anda melakukuan sholat, bukan membaca Al-Qur’an, dan bukan Anda berdzikir, akan tetapi agar merenungi, mengingat dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Dan tanyakan kepada diri Anda, sudahkah Anda menyesal secara sesungguhnya? Dibarengi dengan tetesan air mata. Sisihkan waktu untuk ini di tempat yang sempit. Di tempat yang istri Anda tidak melihat Anda. Di tempat yang suami Anda tidak bisa menyaksikan Anda, yang tahu hanya Allah…

Adukan semua keluh kesah Anda dan adukan semua dosa Anda di hadapan Allah. Ciptakan suasana yang semacam itu ibadah yang sesungguhnya, memohon ampun. Memohon ampun. Bukan dengan sholat, bukan dengan dzikir, akan tetapi dengan merenungi dosa. Sebab istighfar sebanyak apapun jika tidak dibarengi dengan hati yang menyesal, bukan minta ampun yang sesungguhnya. Dan orang tidak akan bisa menyesal kecuali mengingat dan menyadari dosa-dosanya. Dan orang tidak akan bisa menyadari dosanya kecuali dia menyempatkan diri untuk merenungi dosa-dosanya segede apapun dan seberat apapun Anda untuk meninggalkannya, ketahuilah Allah Maha Kuasa, Allah Maha Pengampun.

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ

Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah, semoga kita digolongkan termasuk orang yang menjalankan sunnah Nabi Muhammad SAW, semoga kita kelak dikumpulkan di Mahsyar bersama Kekasih Allah Nabi Muhammad berkat perkumpulan kita di Mahsyar kecil ini, kita mohon kepada Allah, dan semoga Allah menjadikan kita ahli istiqomah, mendekatkan kepada Ulama-Ulama kita, tidak dengki kepada sesama, tidak ada kebencian kepada sesama, dan kemudian kita tingkatkan kedekatan kita kepada sesama, dengan banyak mendo’akan orang-orang yang bersama kita, baik orang yang baik dengan kita, ataupun orang yang tidak baik dengan kita, biasakan mendo’akan mereka dengan do’a-do’a yang mulia. Pikirkan kebersihan hati kita.

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ...

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسّلِّمُوْا تَسْلِيْمًا . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَللَّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الَّذِيْنَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكَانُوْا بِهِ يَعْدِلُوْنَ سَادَاتِنَا أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَسَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَرَى وَالْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ دُوْرِنَا وَأَصْلِحْ وُلاَةَ أُمُوْرِنَا. وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا البَلاَءَ وَالْغلَاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَلَمِيْنَ. اََللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ مَنْ فِى صَلاَحِهِ صَلاَحُ اْلإِسْلاَمِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ . اَللَّهُمَّ لاَ تُهْلِكْنَا وَأَهْلِكْ مَنْ فِى هَلاَكِهِ صَلاَحُ اْلإِسْلاَمِ وِاْلمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَهْلِكْ أَعْدَاءَ الْمُسْلِمِيْنَ فِيِ كَشْمِيْرِ وَمِيَنْمَرْ وَفَلِسْطِيْنِ وَسَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ, وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَجَاهِدِيْنَ فِيْ سَبِيْلِكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ, وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْياَ رَحْمَةٍ، وَلاَ تَجْعَلْهَا سُقْياَ عَذَابٍ، وَلاَ مَحْقٍ وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدْمٍ وَلاَ غَرْقٍ. اَللَّهُمَّ عَلَى الظُّرَّابِ وَاْلآكَامِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ، اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيْثاً، هَنِيْئاً مَرِيْئاً مُرِيْعاً، سَحاً عَاماً غَدْقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً، دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ مِنْ الْجُهْدِ وَالْجُوْعِ وَالضَّنْكِ، مَا لاَ نَشْكُوْ إِلاَّ إِلَيْكَ.اَللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ اْلأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّاراً، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً.

Allahumma ya Allah Yang Maha Menyaksikan kami saat ini, turunkan kepada kami RahmatMu, turunkan hujan RahmatMu untuk kami, dan jangan Kau turunkan hujan bencana untuk kami.
Ya Allah Engkau Menyaksikan, Engkau lebih Tahu Ya Allah… Ada kebun kering Ya Allah.. Ada tanah kering Ya Allah, Ada sumur kering Ya Allah, Ada mata air kering Ya Allah, Engkau Tahu itu semua Ya Allah..

Air itulah sebab kehidupan kami Ya Allah, maka kami mohon Ya Allah.. Keluarkan air dari mata air, air mata Rahmat. Turunkan hujan Ya Allah dari langit, hujan Rahmat Wahai Dzat Yang Maha Kuasa Ya Allah. Engkau menyaksikan kami Ya Allah, ampuni dosa kami Ya Allah, jangan Kau siksa kami karena dosa kami, akan tetapi kami mohon ampuni kami, dengan dosa kami itu Ya Allah, ampuni kami Ya Allah, ampuni kami jangan sisakan dosa kami sedikitpun dari kami Ya Allah. Ampuni kami semua yang ada di tempat ini, yang ada di kanan kiri tempat ini, siapapun mereka, ampuni mereka Ya Allah.
Jika ada di antara mereka ada hamba-hambaMu yang pernah meninggalkan Shalat Ya Allah, jangan Kau hukum mereka gara-gara shalat yang mereka tinggalkan, akan tetapi kami mohon ampuni mereka, dan jadikan mereka ahli Shalat, wa bil khusus orang yang dekat dengan masjid kami, tapi belum rindu kepada masjid, yang dekat dengan masjid tapi belum rindu kepada masjid.

Ya Allah… Jadikan mereka ahli Masjid Ya Allah.. Ampuni mereka Ya Allah.. Jauhkan mereka dari meninggalkan shalat, sesibuk apapun Ya Allah, jadikan mereka mudah melaksanakan shalat, jangan sampai dunia menjadikan mereka meninggalkan shalat, ampuni mereka Ya Allah…

Ya Allah yang pernah meninggalkan puasa di bulan Ramadhan ampuni mereka, berikan kesadaran sehingga di bulan Ramadhan yang akan datang mereka menjadi ahli puasa...
Jauhkan kami, masyarakat kami dari zina, Ya Allah… Jauhkan masyarakat kami semua dari zina yang busuk, hina dan Kau hinakan Ya Allah… Engkau sungguh Maha Tahu Ya Allah, siapa mereka Ya Allah... Jika ada di antara mereka yang pernah terpeleset dalam busuknya zina Ya Allah… Di tempat ini kami mohon Ya Allah… berikan kepada mereka kesadaran, jangan hinakan mereka di dunia dengan zina Ya Allah. Jangan hinakan mereka di akhirat dengan zina, kami mohon ampuni mereka, tutup aib mereka Ya Allah… Dan rindukan kepada yang halal, dan bencikan kepada yang harom.
Yang pernah berjudi jauhkan dari judi, Ya Allah… Berikan kasih sayangMu kepada mereka… Berikan mereka cara untuk mendapatkan rizqi yang halal… Jangan sampai mereka terus terjerumus dalam busuknya judi..

Yang pernah minum-minuman keras ampuni mereka, berikan kesadaran dan rindukan kepada yang halal, semua dosa Ya Allah... Semua dosa yang dilakukan oleh kami, orang yang bersama kami, jadikan kami orang Sholeh, orang-orang baik, Sholeh dan Sholehah... Orang-orang baik yang Kau cintai Ya Allah… Yang selamat di dunia dan di akhirat Ya Allah… Ya Allah..
Ya Allah.. Jika ada di kanan dan kiri kami masih ada yang mempunyai pekerjaan yang harom… pekerjaan harom… pekerjaan harom.. Kami mohon Ya Allah berikan kepada mereka kesadaran kalau itu harom, dan bantulah setelah itu Ya Allah untuk meninggalkan yang harom, ganti dengan yang halal, penuh berkah, halal penuh berkah, berkah yang lebih banyak Ya Allah..

Sungguh Engkau Maha Kuasa Ya Allah.. Engkau Maha Kuasa.. Engkau Maha Kuasa.. Dunia bagiMu kecil Ya Allah.. Ya Allah.. Sungguh kasih sayangMu Amat Luas Ya Allah.. Ya Allah ampuni kami semua Ya Allah.. Ya Allah jika kami melihat dosa kami semua sungguh kami malu melihatMu Ya Allah, akan tetapi kami sadar Engkau Maha Pengampun maka kami mohon ampun. Ampuni kami semua Ya Allah.. dan ampuni semua kaum Muslimin Ya Allah..

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ يَارَبَّنَا اَللَّهُمَّ يَارَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِْ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اَللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ, وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ. اَللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ, وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ. اَللَّهُمَّ ارْحَمْنَا وَلاَ تُعَذِّبْنَا, وَانْصُرْنَا وَلاَ تَخْذُلْنَا, وَعَافِنَا وَلاَ تُمْرِضْنَا, وَأَكْرِمْنَا وَلاَ تُهِنَّا, وَآثِرْنَا وَلاَ تُؤْثِرْ عَلَيْنَا, إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.اَللَّهُمَّ إِنَّا ضُعَفَاءُ فَقَوِّنَا, وَإِنَّا أَذِلاَّءُ فَأَعِزَّنَا, وَإِنَّا فُقَرَاءُ فَأَغْنِنَا. اَللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ, وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا, وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا, وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ, وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ, وَجَنِّبْـنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوْبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الشَّاكِرِيْنَ لِنِعْمَتِكَ وَالْمُثْنِيْنَ عَلَيْهَا وَالْقَابِلِيْنَ فَأَتْمِمْهَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.

Allahumma Ya Allah.. Jagalah kami semua Ya Allah.. Jagalah pemimpin-pemimpin kami semua Ya Allah.. Dan kirimkan kepada kami pemimpin yang Sholeh, dan jadikan pemimpin kami adalah pemimpin yang Kau ridhoi Ya Allah.. Jika punya dosa ampuni Ya Allah, Jika punya pekerjaan tidak baik, jadikan pekerjaan yang baik, jadikan pemimpin kami ahli SurgaMu, dan jadikan orang kaya kami ahli SurgaMu, jadikan pejabat kami ahli SurgaMu.
Kami tidak ingin satu orang pun dari kami masuk nerakaMu Ya Allah.. Ya Allah.. Dan kirimkan kepada kami orang-orang yan Engkau cintai, orang-orang yang baik yang Engkau cintai, teman-teman yang baik yang Engkau cintai Ya Allah, dan seperti Engkau pertemukan jasad kami saat ini, maka pertemukan kami nanti dalam cinta karenaMu Ya Allah.. Tidak ada permusuhan di antara kami Ya Allah, dan seperti Engkau telah pertemukan kami saat ini, pertemukan kami di Surga bersama KekasihMu Nabi Muhammad..

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ.... إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْاهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْاهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

---000---

Khutbah Buya Yahya tentang Istisqa’ ini ditulis oleh Tim Pustaka Al-Bahjah Cirebon, Sekretariat : Jl. Pangeran Cakrabuana Blok Gudang Air no. 179, Kel. Sendang – Kec. SUmber – Kab. Cirebon 45611, CP : Abdullah 081 312 131 936
Website : www.buyayahya.org ,www.buyayahya.tv , www.radioquonline.com ,http://203.29.26.107:8199/listen.pls (Radio Qu 98,5 FM)
FB : Tim Dakwah Al Bahjah Cirebon, Radioqu Cirebon,
FB Page : Buya Yahya, RadioQu 98.5 FM Cirebon
YM : majelis_albahjah@yahoo.co.id , radio_qu@yahoo.com
mohon disebarkan karena "barang siapa menunjukkan suatu kebaikan maka ia mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya" HR. MUSLIM

♥ Muslimah ♥ 

Rabu, 12 September 2012

At-Tibyan (15 Romadhon 1433 H)


Assalamu'alaikum Wr Wb.

Sekilas Ringkasan Al faqir dari pengajian rutin bersama Buya Yahya dengan Kajian Kitab At Tibyan karya al Imam an Nawawi setiap hari selama bulan suci Ramadhan di Majelis Albahjah sendang-sumber - Cirebon mulai pkl. 16.00 s/d 17.00 WIB. 

ULASAN PENGAJIAN AT-TIBYAN BERSAMA BUYA YAHYA

Jum'at tgl. 15 Ramadhan 1433 H / 4 Agustus 2012

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Afwan bila ada yang salah atau kurang...

# Himbauan Membaca Surat Selalin Al-
* Imam Syafi'i Rahimahumullah berkata :
-> Jika ada makmum masbuk bertemu dengan imam di 2 rakaat akhir (misal rakaat ketiga dan ke empat pada shalat dzuhur), kemudian berdiri makmum masbuk tsb harus menyambung untuk menyelesaikan , berarti kurang 2 rakaat. Maka di rakaat ketiga dan ke empat yg tidak diikuti Imam disunnahkan untuk membaca surat (Imam An Nawawi). 
- pendapat pertama : Kebanyakan ulama madzhab syafii sebagian mengatakan Sunnah Membaca surat lain di 2 rakaat yg akhir setelah Fatihah.
- pendapat lain Tidak, yg benar pendapat yg pertama, supaya tidak sepi sholatnya maka tetap di himbau untuk membaca surat setelah membaca Al-Fatihah.

* Adapun seorang makmum sholat Sirriyah (sholat yg tidak diterangkan/di lirihkan suaranya, mis. Dzuhur , Ashar) makmum dengan imam dalam sholat sirriyah tentang Fatihah (Fatihah wajib dibaca baik imam/makmum maupun sendiri), dan membaca surat lain setelah Fatihah hukumnya sunnah. Begitu juga shalat jahriyah(yang dikeraskan suaranya,misalnya shalat shubuh, maghrib, isya) tetap wajib membaca surat Al-Fatihah. Imam membaca Fatihah, makmum dengar, setelah itu makmum membaca surat Al-Fatihah.

* Tapi jika ada orang (makmum) yg mendengar imam membaca surat selain Fatihah (misal mendengar Ad-Dhuha) maka makruh anda membaca surat lain disaat imam membaca surat (tapi membaca fatihah itu wajib, meskipun ada khilaf dalam hal ini).

* Menurut madzhab kita Imam Syafi'i membaca fatihah itu wajib bagi Makmum, setelah mendengar imam selesai membaca Fatihah. Jadi, Wajib bagi Imam, makmum, orang yg sholat sendirian, serta makmum yang tidak dengar bacaan Imam, maka jelas WAJIB membaca Fatihah. Berkenaan dengan ini disunnahkan bagi Imam untuk memberikan kesempatan bagi makmum agar tidak buru-buru membaca Fathihah, maka setelah Imam membaca (وَلا الضَّالِّينَ) kemudian aamiin, diam sejenak/ada jeda. 

* Pendapat yang lemah adalah tidak wajib membaca Fatihah. Tapi intinya makmum Wajib membaca Fatihah, hanya satu yang boleh tidak membaca Fatihah. Makmum yang tidak wajib membaca Fatihah adalah makmum yang tidak sempat berdiri bersama dg imam (karena tidak ada kesempatan membaca fatihah).

* Jika engkau berdiri dengan imam lalu lupa membaca Fatihah, maka selesaikan dulu bacaan Fatihahnya.

# Aturan Membaca surat Al-Fatihah :
- Orang yang sholat sendiri-> MUTLAK Wajib membaca Fatihah. Dan Sunnah membaca Surat lain setelah itu.
- Dan Imam -> sama hal nya dengan orang yang sholat sendiri, yaitu Wajib membaca Fatihah dan sunnah membaca surat lain setelah itu.
- Makmum -> Sama, Wajib membaca Fatihah, dan disunnahkan Fathihah nya tidak bareng dengan imam, Yaitu setelah Fatihah nya Imam. Dan untuk membaca Surat lain, ada 2 pendapat:
1. Jika makmum mendengar imam membaca Surat, maka makmum tidak sunnah membaca Surat.
2. Kalau makmum tidak mendengar, maka sunnah membaca surat lain tapi jangan keras-keras. Dan keadaan saat makmum tidak wajib membaca Fatihah disaat makmum tidak sempat menemui imam cukup membaca Fatihah, Misal baru Allahu Akbar kemudian Imamnya Rukuk.

* Wajib mambaca Al Fatihah di Takbir yang pertama di dalam shalat Jenazah.
* Adapun membaca Al-Fatihah di sholat sunnah itu hukumnya Wajib.
* Bagi orang yang tidak bisa membaca alfatihah, maka cukup membaca salah satu surat dari alqurran.
* Jika tidak bisa juga membaca surat dari Al-Qur’an , maka cukup membaca zikir-zikir sekiranya seperti alfatihah
* Jika tidak bisa juga, maka cukup berdiri saja sekiranya selama qadar waktu membaca alfatihah, kemudian langsung ruku’
* Dan disunnahkan bagi Imam untuk diam sebentar setelah dia membaca surat alfatihah, memberi kesempatan untuk makmum membaca al-fatihah.

Wallahu a'lam Bisshowab

♥ Muslimah ♥





~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kunjungi Website Buya Yahya di www.buyayahya.org
Gabung bersama RadioQU melalui streaming di www.radioquonline.com
Gabung bersama sahabat Muslimah di Facebook https://www.facebook.com/pages/Muslimah/275415002532566

At-Tibyan (14 Romadhon 1433 H)


Assalamu'alaikum Wr Wb.

Sekilas Ringkasan Al faqir dari pengajian rutin bersama Buya Yahya dengan Kajian Kitab At Tibyan karya al Imam an Nawawi setiap hari selama bulan suci Ramadhan di Majelis Albahjah sendang-sumber - Cirebon mulai pkl. 16.00 s/d 17.00 WIB. 

ULASAN PENGAJIAN AT-TIBYAN BERSAMA BUYA YAHYA

Jum'at tgl. 14 Ramadhan 1433 H / 3 Agustus 2012

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Afwan bila ada yang salah atau kurang...

# Himbauan Berdiri untuk menghormati orang yang mulia saat mebaca Al-Qur'an #
* Jika datang kepada seorang Qori'/pembaca Al-Qur'an orang mulia (baik karena ilmunya atau kebaikannya/orang sholeh/kemuliaan karena nasab dari guru/orang tua umurnya dan menghormati syari'at/kehormatan karena wilayah/karena melahirkan kita[bapak/ibu/mbah]) maka tidak apa-apa kita berdiri untuk menghormati mereka. Tapi dengan syarat sampai titik/diselesaikan dulu, dan yang demikian itu sunnah.
* Dan telah datang riwayat tentang berdiri tadi dari pekerjaan Nabi SAW, dari Nabi Muhammad SAW (tentang berdiri dan mencium tangan banyak hadistnya) begitu pula dari sahabat nabi dan ulama-ulama terdahulu termasuk Al Imam An-Nawawi tentang kesunnahan berdiri menyambut orang yang mulia.
* Dan barangsiapa yg ragu dari hadist-hadist yang disebutkan maka hendaknya membaca benar-benar, maka ia akan menemukan sesuatu yang bisa menghilangkan keraguannya dari hal itu (baca lagi bukuku (Al Imam An Nawawi))


# Himbauan Membaca Al-Qur'an dalam Sholat #

* Menurut kesepakatan Ijma ulama, WAJIB membaca Al-Fatihah dalam Sholat, dan tidak Sah Sholat kecuali menggunakan Al-Fatihah. 
Membaca Surah Al-Fatihah menurut imam Abu Hanifah itu Wajib hanya saja membedakan antara wajib (ditinggalkan sah tapi dosa) dengan fardu (ditinggalkan batal)->menurut Imam Abu Hanifah.
* Menurut iman Abu Hanifah itu wajib, hanya saja tidak fardu. Tidak tertentu Fatihahnya diraka'at terakhir boleh ditinggalkan, tidak difardukan , bawasanya wajib disini kalau ditinggal dosa tapi tetap sah sholatnya. 
* Akan tetapi menurut Jumhur Ulama Setiap roka'at membaca Al-Fatihah itu WAJIB, kalau tidak dibaca maka tidak sah sholatnya, jadi disimpulkan bahwa membaca Al-Fatihah dalam Sholat itu "WAJIB".
Dalil dari Hadist Nabi SAW dalam hadist Shohih -> "Tidak Sah satu sholat yang tidak dibaca didalam sholat tersebut dengan fatihah". Ini yang digunakan Jumhur ulama. 
* dan Menurut Imam Abu Hanifah itu fardu membaca Al-Qur'an tidak harus Fatihah, namun bila tidak menggunakan fatihah maka Dosa.
* Menurut kebanyakan ulama madzhab Imam Syafi'i, hendaknya bacaan di rakaat ketiga dan keempat itu lebih pendek dari sebelumnya, hal ini dilakukan apabila menjadi makmum dan Imam lama membaca surat setelah Al-Fatihah, maka boleh membaca surat lain dengan syarat yg disebutkan tadi.
* Sunnahnya raka'at pertama lebih panjang dari yang kedua, yang kedua lebih panjang dari yang ketiga dan seterusnya, dan tidak memanjangkan yg kedua. Dan faedahnya adalah orang yang telambat dapat mengikuti raka'at yang pertama.

Wallahu a'lam Bisshowab

♥ Muslimah ♥

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kunjungi Website Buya Yahya di www.buyayahya.org
Gabung bersama RadioQU melalui streaming di www.radioquonline.com
Gabung bersama sahabat Muslimah di Facebook https://www.facebook.com/pages/Muslimah/275415002532566

At-Tibyan (13 Romadhon 1433 H)

Assalamu'alaikum Wr Wb.

Sekilas Ringkasan Al faqir dari pengajian rutin bersama Buya Yahya dengan Kajian Kitab At Tibyan karya al Imam an Nawawi setiap hari selama bulan suci Ramadhan di Majelis Albahjah sendang-sumber - Cirebon mulai pkl. 16.00 s/d 17.00 WIB. 

ULASAN PENGAJIAN AT-TIBYAN BERSAMA UST. AHMAD DIMYATI

Kamis tgl. 13 Ramadhan 1433 H / 2Agustus 2012

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

# Fi Qira’atil Qur’an Yuradu Biha Al-Kalamu / Berbicara Dengan Bacaan Al-Qur’an #

1. Dalam hadist berikut, Menjawabnya Sayyidina Ali ra menunjukkan bahwasannya membaca Al-Qur’an dengan tujuan berbicara kepada orang lain adalah diperkenankan :

وَعَنْ حُكَيْمِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّ رَجُلاً مِنَ الْمُحَكَّمَةِ أَتَى عَلِيًّا رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَهُوَ فِيْ صَلاَةِ الصُّبْحِ فَقَالَ : لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ (الزُّمَرُ : 65) فَأَجَابَهُ عَلِيٌّ فِي الصَّلاَةِ : فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ وَلاَ يَسْتَخِفَنَّكَ الَّذِيْنَ لاَيُوْقِنُوْنَ (الرُّوْمُ : 60)
Dari Hukaim Bin Sa’ad, “Sesungguhnya ada seorang lelaki menemui Sayyidina Ali ra yang sedang melakukan Sholat Shubuh, kemudian laki-laki tersebut berkata :
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ (Jika engkau musyrik maka amalmu akan hancur - QS. Az-Zumar : 65 ),
kemudian Sayyidina Ali ra menjawab dalam Sholatnya :
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ وَلاَ يَسْتَخِفَنَّكَ الَّذِيْنَ لاَيُوْقِنُوْن (Bersabarlah sesungguhnya janji Allah itu benar dan janganlah orang-orang yang tidak beriman membuatmu gelisah – QS. Ar-Rum : 60)

* akan tetapi dijelaskan dalam Fiqih madzhab Syafi’i bahwasannya di antara hal yang membatalkan Sholat adalah berbicara, nah dalam berbicara ini ada yang membatalkan dan ada yang tidak, rinciannya adalah sebagai berikut :
a. Jenis bicara yang membatalkan Sholat :
I. Mengucapkan 4 kata (ada yang mengatakan sampai 6 kata) baik disengaja ataupun karena lupa.
II. Mengucapkan sedikit (kurang dari 4 kata) yang disengaja.

b. Jenis biacara yang tidak membatalkan Sholat :
I. Mengucapkan kalimat kurang dari 4 kata karena lupa/keceplosan (latah) atau karena karena tidak tahu hukumnya (dan ini khusus bagi orang yang baru masuk islam atau jauh dari Ulama’).
Mengucapkan 1 huruf walaupun disengaja, namun bisa membatalkan kalau 1 huruf tersebutkan dimaksudkan untuk main-main atau Hurufnya tersebut panjang (Mad) atau memberikan pemahaman seperti : قِ (artinya : jagalah) , رَ (artinya : lihatlah) dll.

2. Dipekenankan terlambat sholat berjama'ah dikarenakan menghormati orang yang lebih tua sebagai suatu kemuliaan akhlak.
Suatu saat di waktu Sholat Shubuh, Sayyidina Ali ra berjalan melewati satu lorong jalan menuju Masjid, ketika itu beliau berjumpa dengan seorang nenek tua (ternyata beliau adalah seorang Yahudi) yang berjalan akan tetapi ia tidak mau mendahuluinya karena mulianya budi pekerti beliau dan besar pernghormatannya kepada orang lain lebih-lebih yang sudah tua, padahal di saat itu Rasulullah SAW sedang melaksanakan Sholat berjama’ah bersama para Sahabatnya, akan tetapi karena akhlaq dan kemuliaan Sayyidina Ali ra akhirnya atas perintah Allah malaikat Jibril menemui Rasulullah SAW dan menyuruhnya agar tetap dalam Ruku’nya sampai Sayyidina Ali ra datang, setelah Sholat Shubuh berjama’ah selesai para sahabat pada bertanya sebab Rasulullah memperlama Ruku’nya.

3. Aturan menjawab seseorang yang meminta izin masuk rumah ketika anda sedang melaksanakan sholat.
Ulama’ Madzhab Syafi’i berkata :
“Apabila ada seseorang yang minta izin masuk rumah kepada seseorang yang sedang Sholat, kemudian orang yang Sholat tersebut menjawab : أُدُخُلُوْا هَا بِسَلاَمٍ آمِنِيْنَ (masuklah dengan keselamatan), kalau orang tersebut bermaksud hanya sekedar membaca Al-Qur’an atau bermaksud membaca dan pemberitahuan maka Sholatnya tidak menjadi batal, akan tetapi kalau ia hanya bermaksud pemberitahuan saja maka Sholatnya menjadi batal”.

PASAL

Beberapa adab yang perlu diperhatikan dalam membaca Al-Qur'an :

* Ketika seseorang sedang membaca Al-Qur’an dengan berjalan kemudian ia bertemu dengan seseorang maka sunnah baginya untuk menghentikan bacaan kemudian mengucapkan salam kepada orang yang ia temui, setelah itu kembali meneruskan bacaanya, adapun kalau ia mengulang bacaan Ta’awwudz maka itu sangat baik.

* Adapun ketika seseorang membaca Al-Qur’an kemudian ngobrol, baca lagi lalu ngobrol lagi, sungguh ini adalah salah satu bentuk tidak punya adab sama Al-Qur’an.

* Sedangkan apabila ia sedang membaca Al-Qur’an sambil duduk kemudian ada orang yang berjalan melaluinya maka hal ini telah dijawab oleh Imam Abu Al-Hasan Al-Wahidi, beliau berkata :”Bagi seseorang yang sedang membaca Al-Qur’an lebih utama untuk tidak mengucapkan Salam Karena ia sedang sibuk dengan bacaannya, akan ketika ada orang yang mengucapkan Salam kepadanya maka cukup baginya untuk menjawab dengan Isyarat saja, namun kalau ia ingin menjawabnya dengan kata-kata maka jawab saja, setelah itu ia meneruskan bacaannya lagi dengan membaca Ta’awwudz terlebih dahulu”. Akan tetapi pendapat Imam Abu Al-Hasan Al-Wahidi adalah pendapat yang lemah (Dho’if).

* Ulama’ Madzhab Syafi’i berkata :
“Apabila ada seseorang yang masuk masjid ketika Khutbah sedang berlangsung kemudian ia mengucapkan salam, menurut mereka Diam (mendengar Khutbah) adalah sunnah dan menjawab Salam adalah wajib berdasarkan pedanpat yang paling benar di antara 2 pendapat”.
1. Jika mereka mengatakan Diam ketika mendengarkan Khutbah adalah wajib dan berbicara ketika Khutbah berlangsung adalah haram bersaman dengan hal itu masih ada perselisihan pendapat,
2. sedangkan berbicara ketika membaca Al-Qur’an adalah tidak haram menurut Ijma’ (kesepakatan Ulama’), jadi lebih utama menjawab salam baik ketika ia mendengarkan Khutbah atau sedang membaca Al-Qur’an walaupun sambil duduk, karena salam itu Wajib tanpa ada Ulama’ yang berbeda pendapat, Wallahu A’lam.

* Ada beberapa amalan sunnah yang pahalanya lebih besar dari pada amalan wajib yaitu :
A. Mengucapkan salam adalah Sunnah dan menajwabnya adalah wajib, akan tetapi mengucapkan salam lebih besar pahalanya dari pada menjawabnya.
B. Memberi tempo dalam membayar hutang adalah wajib sedangkan meembebaskannya adalah Sunnah, namun membebaskan hutang lebih besar pahalanya dari pada memberi tempo untuk membayar.

* Apabila ada seseorang bersin ketika membaca Al-Qur’an maka tetap disunnahkan baginya mengucapkan : اَلْحَمْدُ لِلَّهِ begitu juga ketika ia sedang Sholat tetap disunahkan. Ketika ia sedang membaca Al-Qur’an di luar Sholat dan mendengar orang yang sedang bersin kemudian membaca اَلْحَمْدُ لِلَّهِ maka disunnahkan baginya untuk mengucapkan : يَرْحَمُكَ اللهُ , begitu juga ketika ia mendengar orang yang adzan di saat membaca Al-Qur’an maka disunnahkan baginya untuk memotong bacaannya dan menjawab Adzan begitu juga Iqomah kemudia kembali lagi ke bacaan, dan ini sudah disepakati oleh Ulama’ Madzhab Syafi’i.

* Apabila ada seseorang yang memerlukan seseuatu padanya sedangkan ia sedang membaca Al-Qur'an, maka yang lebih utama adalah cukup baginya untuk memberi Isyarat yang memberi pemahaman, dan ini dilakukan jika yang memerlukannya tersebut tidak tersinggung atau tersakiti, akan tetapi kalau ia memotong bacaannya kemudian menjawab/memenuhi keperluan orang tersebut maka tidak apa-apa, Seperti kalau ada seorang suami minta dibuatin kopi maka hendaknya sang isteri menghentikan bacaannya kemudian membuatkan kopinya, setelah selesai kembali lagi ke bacaannya. Begitu juga ketika ada keperluan atau hajat yang tidak cukup dengan isyarat maka diputus saja bacaannya lebih-lebih kebutuhan yang mendesak.


Wallahu A’lam Bisshowab.

By : Tim Pustaka Al-Bahjah Sumber : Artikel Buya Yahya di www.buyayahya.org

♥ Muslimah ♥


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kunjungi Website Buya Yahya di www.buyayahya.org
Gabung bersama RadioQU melalui streaming di www.radioquonline.com
Gabung bersama sahabat Muslimah di Facebook https://www.facebook.com/pages/Muslimah/275415002532566

At-Tibyan (12 Romadhon 1433 H)


Assalamu'alaikum Wr Wb.

Sekilas Ringkasan Al faqir dari pengajian rutin bersama Buya Yahya dengan Kajian Kitab At Tibyan karya al Imam an Nawawi setiap hari selama bulan suci Ramadhan di Majelis Albahjah sendang-sumber - Cirebon mulai pkl. 16.00 s/d 17.00 WIB. 

ULASAN PENGAJIAN AT-TIBYAN BERSAMA BUYA YAHYA

Rabu tgl. 12 Ramadhan 1433 H / 1Agustus 2012

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Pelajaran Yang Bisa Kita Ambil :

# Di antara Bid’ah yang munkar dalam membaca Al-Qur’an #

1. Di antara hal yang Bid’ah adalah menisbatkan suatu pekerjaan yang dianggap Sunnah itu pernah dilakukan Rasulullah SAW yang sesungguhnya tidak pernah ada riwayat tentang hal tersebut.
* Dalam membaca Al-Qur’an adalah apa yang dilakukan oleh orang-orang bodoh yang melakukan Sholat Taraweh menjadi Imam bagi orang-orang, yaitu membaca Surat Al-An’am di rakaat terakhir pada malam ke 7, dan mereka meyakini bahwa hal itu adalah sunnah, maka mereka sungguh telah mengumpulkan perkara-perkara yang mungkar di antaranya adalah : mereka meyakini bacaan tersebut adalah sunnah, kemudian mereka mengkaburkan (pemahaman) orang awam dalam masalah tersebut.

2. Sunnah bacaan pada rakaat yang pertama lebih panjang dari pada rakaat yang ke 2.
*Dan mereka lebih memanjangkan rakaat yang ke 2 dari pada rakaat yang pertama akan tetapi yang disunnahkan adalah bacaan pada rakaat yang pertama lebih panjang dari pada rakaat yang ke 2, dan di antara hal mungkar lainnya adalah memanjangkan bacaan terhadap makmum yakni dengan mambaca Surat Al-An’am (panjang : 165 ayat, 23 halaman).
* Begitu juga membaca Al-Qur’an dengan cara "Hadzramah" yaitu : mebaca dengan begitu cepatnya sehingga huruf dan panjang madnya tidak jelas, dan inilah yang banyak terjadi di masyarakat yang Sholat Tarawehnya sangat cepat.
* Pada dasarnya membaca Surat Al-An’am pada rakaat ke 2 Sholat taraweh di malam ke 7 bukanlah Bid’ah, akan tetapi ketika mereka meyakini intu adalah Sunnah Nabi itulah yang dihukumi Bid’ah, sebab memang hal tersebut tidak pernah dilakukan Nabi.

3. Sunnah membaca Ayat/Surah setelah membaca Al-Fatihah. 
* Permasalahannya kita mengada-ada padahal tidak pernah dilakukan oleh Nabi, dan ada juga banyak hadits palsu yang dihadirkan oleh para Qurro’ agar orang senang membaca Al-Qur’an akan tetapi mereka telah berbohong karnea hal itu tidak pernah dikatakan atau dilakukan oleh Nabi, berbeda ketika seseorang membaca Surat apa saja tanpa mengkhususkan maka itu memang sunnah membaca surat setelah Fatihah. Begitu juga yang biasanya membaca Surat dari Adh-Dhuha sampai akhir itu bukanlah sunnah Nabi, yang mengatakan itu adalah sunnah Nabi maka itu adalah Bid’ah yang benar adalah memang disunnahkan membaca Surat setelah Fatihah, disunnahkan juga surat yang pertama sesuai dengan urutannya baru surat yang ke 2, dan dipilih dari Adh-Dhuha itu biar mudah saja urutannya. Jadi yang perlu dipangkas adalah keyakinan yang salah tentang hal tersebut.

4. Disunnahkan pada Sholat Shubuh hari jum’at untuk membaca Surat As-Sajdah (الم تَنْزِيْل) pada rakat yang pertama dan membaca Surat Al-Insan (وَهَلْ أَتَى) pada rakaat yang ke 2.
* Di antara Bid’ah yang serupa dengan hal tersebut adalah pada Sholat Shubuh hari Jum’at mereka membaca Surat yang ada ayat Sajdah-nya selain Surat Sajdah (الم تَنْزِيْل) dan mereka menyengaja membaca surat yang ada ayat Sajdah dengan niat untuk melakukan sujud Tilawah, akan TETAPI yang diSUNNAHkan pada Sholat Shubuh hari Jum’at adalah membaca Surat Sajdah (الم تَنْزِيْل) di rakaat yang pertama dan pada rakaat yang ke 2 adalah Surat Al-Insan (وَهَلْ أَتَى).

5. Janganlah seorang Imam terlalu memperpanjang bacaan sehingga membuat capek makmumnya, adapun bacaan itu yang sedang-sedang saja seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, adapun kalau mau membaca ayat/surat yang panjang ketika ia Sholat sendirian itulah yang dianjurkan.

# Fi Masaila Ghoribatin Tad’u Al-Hajatu Ilaiha / Dalam Masalah-Malasah Unik (Jarang) Yang Sangat Perlu (Untuk Di Bahas) #

1. Ketika ingin buang angin hendaknya ia menghentikan bacaannya dulu sebagai adab terhadap Al-Qur’an, nah ketika sudah membuang anginnya maka silahkan bacaannya dilanjutkan kembali. Akan tetapi yang dimaksud membaca di sini hanya sekedar baca bukan memegang AL-Qur’an, kalau memegang maka harus diletakkan dulu karena ia telah batal Wudhu’ dan harus berwudhu’ kembali ketika ingin memegang Al-Qur’an, dan dianjurkan ketika membaca Al-Qur’an (bukan memegang) itu dalam keadaan punya Wudhu’.

2. Ketika seeorang menguap maka hendaknya ia menghentikan bacaannya dulu dengan menutupkan punggung tangan kiri ke mulutnya, baru setelah itu bacaannya dilanjutkan kembali.

3. Ada bebera ayat yang dianjurkan untuk melirihkan suara ketika membacanya yaitu : At-Taubah ayat 40, Al-Maidah ayat 64 dan Maryam ayat 88, karena ayat-ayat tersebut adalah perkataan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang salah tentang Allah.

4. Ketika membaca/mendengar Surat Al-Ahzab ayat 56 disunnahkan membaca Sholawat kepada Nabi.

5. Ketika membaca/mendengar Surat At-Tin disunnahkan untuk mengucapkan :
بَلَى وَأَنَا عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ (Benar, dan aku termasuk orang yang menyaksikan terhadap hal tersebut)

6. Hadits Dho’if boleh diamalkan dengan syarat :
a. Masih ada Hadits Shohih yang menerangkan keutamaan amal tersebut secara umum.
b. Dho’ifnya tidak terlalu parah, yakni lemahnya hadits tersebut disebabkan sanadnya yang tidak jelas/lemahnya hafalan seorang perowi bukan karena perowinya seorang pendusta.
c. Hanya untuk Fadhoilul A’mal (amal ibadah tambahan) bukan untuk menetapkap hokum Syariat.
d. Tidak meyakini hadits tersebut dari Nabi, hanya mengamalkannya saja berdasarkan dalil umum.

7. Ketika membaca/mendengar ayat terakhir Surat Al-Qiyamah disunnahkan membaca :
بَلَى وَأَنَا أَشْهَدُ (Benar dan aku bersaksi).

8. Ketika membaca/mendengar ayat Al-A’raf ayat 185 maka disunnahkan membaca : 
آمَنْتُ بِاللهِ (Aku beriman kepada Allah).

9. Ketika membaca/mendengar ayat terakhir Surat Al-A’la disunnahkan membaca :
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى (Maha suci tuhnaku yang maha tinggi) bahkan Sayyidina Umar Bin Al-Khoththob ra membacanya 3 kali.

10. Ketika membaca/mendengar ayat terakhir Surat Bani Israil disunnahkan membaca :
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا (Segala puji bagi Allah yang tidak butuh pada anak).

11. Kesunnahan membaca hal-hal tersebut di atas bukan hanya di luar Sholat saja akan tetapi di dalam Sholat juga disunnahkan.

12. Dan memang dianjurkan ketika membaca/mendengar ayat Tasbih untuk membaca Tasbih, ketika membaca/mendengar ayat Siksa agar kita membaca Do’a agar dihindari dari siksaan tersebut dan ketika membaca/mendengar ayat tentang kenikmatan/kebaikan maka kita dianjurkan untuk berdo’a meminta kenikmantan/kebaikan tersebut, dan lain sebagainya inilah hakikat merenungi makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Wallahu A’lam Bisshowab.

By : Tim Pustaka Al-Bahjah Sumber : Artikel Buya Yahya di www.buyayahya.org

♥ Muslimah ♥

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kunjungi Website Buya Yahya di www.buyayahya.org
Gabung bersama RadioQU melalui streaming di www.radioquonline.com
Gabung bersama sahabat Muslimah di Facebook https://www.facebook.com/pages/Muslimah/275415002532566

At-Tibyan (11 Romadhon 1433 H)




Assalamu'alaikum Wr Wb.

Sekilas Ringkasan Al faqir dari pengajian rutin bersama Buya Yahya dengan Kajian Kitab At Tibyan karya al Imam an Nawawi setiap hari selama bulan suci Ramadhan di Majelis Albahjah sendang-sumber - Cirebon mulai pkl. 16.00 s/d 17.00 WIB. 


ULASAN PENGAJIAN AT-TIBYAN BERSAMA BUYA YAHYA

Selasa tgl. 11 Ramadhan 1433 H / 31 Juli 2012

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

# Disunnahkannya Meminta Bacaan Yang Indah Dari Orang Yang Suaranya Bagus untuk dirinya #

* Rasulullah senang dibacakan Al-qur'an oleh orang lain selain dirinya. 

Ketahuilah sesungguhnya sekelompok dari Ulama’ generasi Salaf meminta orang yang ahli membaca Al-Qur’an dengan suara yang bagus untuk membaca dan mereka mendengarkannya, dan ini sudah menjadi kesepakatan kesunnahannya, dan ini adalah kebiasannya orang-orang yang baik, rajin ibadah dan hamba-hamba yang Sholeh dan hal ini adalah Sunnah yang sudah menjadi ketetapan dari Rasulullah SAW, disebutkan dalam hadits :


عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِقْرَأْ عَلَيَّ الْقُرْآنَ, فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ! أَقْرَأُ عَلَيْكَ, وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ؟ قَالَ : إِنِّيْ أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِيْ, فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ سُوْرَةَ (النِّسَاءِ) حَتَّى إِذَا جِئْتُ إِلَى هَذِهِ اْلأَيَةِ : (فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيْدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاَءِ شَهِيْدًا) – النِّسَاءُ : 41- قاَلَ حَسْبُكَ اْلآنَ فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ


Dari Abdullah Bin Mas’ud ra beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda kepadaku “Bacakanlah Al-Qur’an kepadaku! Aku berkata : Ya Rasulallah, (bagaimana) aku membacakan Al-Qur’an kepadamu sedangkan Al-Qur’an tersebut diturunkan kepadamu?, Rasulullah SAW bersabda “Sungguh aku lebih senang mendengar Al-Qur’an dari selainku”, kemudian aku membacakannya Surat An-Nisa’ sampai pada ayat :

فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيْدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاَءِ شَهِيْدًا (النِّسَاءُ : 41)


“Maka bagaimana ketika suatu saat nanti (di hari Qiyamat) kami datangkan saksi dari semua Umat Kemudian aku datangkan engkau sebagai saksi bagi mereka (Umatmu)”. QS. AN-Nisa’ : 41, setelah itu Rasulullah SAW bersabda “Sekarang sudah cukup”, kemudian aku menoleh kepada beliau dan aku lihat matanya berlinangan air mata. HR Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim

Saksi : Yakni Nabi-Nabi mereka, dan setiap Nabi berkata “Ini Umatku maka selamatkan ya Allah”, begitu juga hal ini terjadi pada Nabi Muhammad dan ceritanya di sini sangat panjang untuk disebut, di saat Umat manusia dikumpulkan di padang Mahsyar semuanya berbondong-bondong minta pertolongan, ada yang datang ke Nabi Adam tapi beliau menolak, kemudian Nabi Ibrahim, Nabi Nuh, Nabi Musa dan Nabi Isa juga menolak, akhirnya mereka semua menuju Nabi Muhammad, dan di sini ada yang namanya Syafa’at yakni pertolongan Nabi Muhammad untuk Umatnya, dan tidak semua yang mengaku Umatnya Nabi Muhammad mendapatkan Syafa’atnya, hanya yang mengenalnya dengan sesungguhnya dan mengenal dengan hatinya maka ia akan mendapatkan Syafa’atnya. Tentu yang mengenalnya dengan sesungguhnya akan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan ayat ini dikhitobkan kepada Nabi Muhammad makanya beliau berlinangan air mata, jauh dari itu beliau memikirkan nasib Umatnya. 

* Contoh lain, Sayyidina Umar meminta untuk di ingatkan dirinya oleh Allah yaitu dengan dibacakan Al-Qur'an oleh orang lain. 

Imam Ad-Darimi dan yang lainnya meriwayatkan dengan sanad-sanadnya dari Sayyidina Umar Bin Al-Khoththob, sesungguhnya beliau berkata kepada Abu Musa Al-Asy’ari : “Ingatkanlah kami kepada Tuhan kami!” maka Abu Musa membacakan di sampingnya.
* Adapun riwayat dari Sahabat dan Tabi’in dalam masalah ini sangat banyak dan terkenal, bahkan ada sebagian dari mereka yang meninggal disebabkan (terenyuh) mendengar bacaan orang, yang telah mereka minta untuk membacakannya, Wallahu A’lam.


# Ulama’ menganjurkan untuk membuka dan menutup majelis ta’lim dengan pembacaan Ayat Al-Qur’an yang sesuai dengan tema yang dibahas #

* Sebagian Ulama’ menganjurkan di pembukaan Majelis Hadits Nabi Muhammad SAW untuk dibuka dan ditutup dengan bacaan yang ringan (sedikit) dari seorang Qori’ yang suaranya bagus, dan hendaknya seorang Qori’ membaca ayat yang pantas dan cocok dengan kajian majelis tersebut (Seperti ketika acara perayaan Isra Mi’raj membaca ayat pertama surat Al-Isra dll). Dan hendaknya bacaanya tersebut berkenaan dengan ayat Raja’ (berharap pada Allah) dan Khouf (hal-hal yang membuat takut kepada Allah), nasehat, hal-hal yang membuat orang tidak cinta dunia dan membuat rindu kepada akhirat dan mempersiakan diri untuk akhirat, memperpendek angan-angan dan berkenaan dengan akhlaq-akhlaq yang terpuji dan mulia.

# Hendaknya membaca Al-Qur’an dimulai dari kalimat yang masih berkesinambungan, dan hendaknya tidak berhenti pada kalimat yang makna atau susunananya masih belum sempurna dengan kata lain hendaknya berhenti pada kalimat yang sudah sempurna makna dan susunannya atau di tanda waqof atau pemberhentian ayat. #

-> Hendaknya bagi orang yang memulai bacaannya dari pertengahan Surat atau berhenti tidak pada akhirnya (tanda Waqof atau ayat), maka hendaknya ia memulai dari awal ayat yang sambung dengan setelahnya dan berhenti pada ayat yang berhubungan dengan ayat sebelumnya dan jangan sampai terikat dengan A’syar (pembagian Al-Qur’an pada setiap beberapa bagian dan halaman) dan juz sebab terkadang A’syar atau juz tersebut berada di pertengahan ayat yang masih mempunyai hubungan dengan ayat setelahnya seperti ayat-ayat berikut ini :


وَالْمُحْصَنَاتِ مِنَ النِّسَاءِ – النِّسَاءُ : 24

“Dan orang-orang yang terjaga dari kaum wanita”. QS. An-Nisa’ : 24

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِيْ – يُوْسُفُ : 53
“Dan tidak membiarkan nafsuku”. QS. Yusuf : 53 
فَمَا كَانَ جَوَابُ قَوْمِهِ – النَّحْلُ : 56
“Maka tiada jawaban kaumnya”. QS. An-Nahl: 56 
- >Begitu juga firman Allah pada pembagian Hizib (pembagian Al-Qur’an pada setiap beberapa halaman) seperti :


وَاذْكُرُوْا اللهَ فِيْ أَيَّامِ مَعْدُوْدَاتٍ – الْبَقَرَةُ : 203

“Dan berdzikirlah kalian kepada Allah pada hari-hari yang sudah ditentukan jumlahnya”. QS. Fushshilat : 47

# Hendaknya ketika membaca Al-Qur’an mengindahkan adab-adabnya, sebisa mungkin direnungi maknanya sehingga ketika mau berhenti pada satu kalimat bisa berhenti pada kalimat yang sudah sempurna maknanya danjangan ikut-ikutan orang yang salah dalam hal ini #

# Jangan malu menempuh jalan kebenaran, walaupun yang menempuhnya hanya sedikit, dan jangan tertipu pada sesuatu yang banyak dilakukan oleh orang akan tetapi hal tersebut pada kenyataannya tidak baik #


# Membaca satu surat pendek sampai selesai itu lebih bagus dari pada membaca sepenggal surat yang panjang walaupun dengan kadar waktu yang sama dan dengan jumlah ayat yang sama, sebab membaca satu surat itu makna yang terkandung di dalamnya sudah dibaca dengan sempurna #

# Keadaan-keadaan Dimakruhkannya Membaca AL-Qur’an #

Ketahuilah bahwasannya membaca Al-Qur’an itu sangat dicintai (yakni sangat dianjurkan) secara mutlak, kecuali dalam beberapa keadaan khusus yang memang dilarang oleh Syariat membaca di waktu tersebut, adapun yang akan kami hadirkan pada kesempatan kali ini secara ringkas dengan tidak menyebutkan dalil-dalilnya sebab hal ini sudah sangat masyhur.

* Adapun membaca Al-Qur’an yang dimakruhkan adalah di beberapa keadaan berikut ini :
1. Di waktu Ruku’
2. Di waktu Sujud
3. Di waktu Tasyahhud
4. Di semua keadaan selain di waktu berdiri saat Sholat
5. Membaca Al-Qur’an selain Surat Al-Fatihah pada Sholat yang bacaannya dikeraskan bagi Makmum apabila ia masih bisa mendengar bacaan Imamnya
6. Membaca Al-Qur’an di WC, dan menjadi haram ketika membacanya bersamaan dengan keluarnya sesuatu dari jalan depan/belakang
7. Di saat mengantuk
8. Di saat Al-Qur’annya tidak jelas
9. Di saat mendengar Khutbah, berbeda dengan orang yang tidak mendengar suara Khotibnya (seperti tidak ada pengeras suara, atau pengeras suaranya mati dan sebagainya) bahkan ia disunnahkan untuk membaca Al-Qur’an, inilah yang dipilih dan benar dalam Madzhab kami (Syafi’i), akan tetapi ada riwayat dari Imam Thowus bahwasannya membaca Al-Qur’an di waktu Khotib berkhutbah adalah makruh walaupun ia tidak mendengarnya namun menurut Ibrahim tetap tidak makruh, maka boleh juga mengumpulakn 2 pendapat ini berdasarkan apa yang kami katakan seperti yang disebutkan oleh Ulama’-Ulama’ madzhab Syafi’i.

Wallahu A’lam Bisshowab.

By : Tim Pustaka Al-Bahjah Sumber : Artikel Buya Yahya di www.buyayahya.org

♥ Muslimah ♥


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kunjungi Website Buya Yahya di www.buyayahya.org
Gabung bersama RadioQU melalui streaming di www.radioquonline.com
Gabung bersama sahabat Muslimah di Facebook https://www.facebook.com/pages/Muslimah/275415002532566