SHOLAT JUMAT DENGAN DUA ADZAN
Oleh : Buya Yahya
Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah Cirebon
www.buyayahya.org – BBM :2304A270 FB : Buya Yahya (Page)
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العلمين, وبه نستعين على أمور الدنيا والدين, وصلى الله على
سيدنا محمد وآله صحبه وسلم أجمعين. وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى محمد وشر الأمور محدثاتها وكل
بدعة ضلالة . أما بعد
Pendahuluan
Adanya 2 adzan dalam sholat
jum’at adalah merupakan kesepakatan para ulama dari masa kemasa dimulai
dari masanya Sayyidina Utsman bin Affan hingga hari ini sampai munculnya
pendapat aneh yang bersebrangan dengan apa yang dijalankan oleh para
ulama. Memang benar adzan jum’at pada zaman Nabi SAW dan Sayyidina Abu
Bakar dan Sayyidina Umar adalah sekali yaitu disaat khotib duduk diatas
mimbar. Akan tetapi pada zaman Sayyidina Utsman bin Affan karena semakin
banyaknya kaum muslimin maka beliau menganggap perlu untuk menambahkan
adzan dari 1 adzan menjadi 2 adzan. Adzan yang pertama untuk
mengingatkan kaum muslimin bahwasanya hari itu adalah hari jum’at agar
bersiap-siap pergi ke masjid untuk melakukan sholat jum’at. Adapun adzan
yang kedua adalah untuk menunjukan bahwa sholat jum’at akan segera
dimulai. Dan hal seperti ini sudah menjadi kesepakatan para ulama dari
masa kemasa dan tidak ada ingkar sama sekali dari para sahabat Nabi SAW.
Kisah penambahan adzan Sayyidina Utsman Bin Affan disebutkan oleh Imam Bukhori dalam kitab shohihnya
1. Hadits yang diriwayatkan dari Sa’ib Ibn Yazid beliau berkata :
عن السائب بن يزيد -رضي الله عنه- قال: "كَانَ النِّدَاءُ يَوْمَ
الْجُمُعَةِ أَوَّلُهُ إِذَا جَلَسَ الإِمَامُ عَلَى الْمِنْبَرِ عَلَى
عَهْدِ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ -رضي الله
عنهما- فَلَمَّا كَانَ عُثْمَانُ -رضي الله عنه- وَكَثُرَ النَّاسُ زَادَ
النِّدَاءَ الثَّالِثَ عَلَى الزَّوْرَاءِ" . رواه البخاري
Artinya (“Seruan adzan di hari jum’at mula-mula hanya di saat imam duduk
di atas mimbar, hal ini terjadi pada zaman Nabi SAW dan zaman Sayyidina
Abu Bakar As-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khotob. Pada zaman
Sayyidina Utsman bin Affan saat orang-orang semakin banyak maka
Sayyidina Utsman menambahkan adzan yang ke tiga yaitu di zauro” )HR
Bukhori
Zauro’ adalah satu tempat yang suaranya bisa sampai ke pasar-pasar.
2. Hadits yang di riwayatkan oleh Az-Zuhri beliau berkata :
عن الزهري قال: سمعت السائب بن يزيد -رضي الله عنه- يقول: "إِنَّ
الأَذَانَ يَوْمَ الجُمُعَةِ كَانَ أَوَّلُهُ حِينَ يَجْلِسُ الإِمَامُ
يَوْمَ الْجُمُعَةِ عَلَى المِنْبَرِ في عهد رسول الله -صلى الله عليه وآله
وسلم- وأبي بكر وعمر -رضي الله عنهما-، فلما كان في خلافة عثمان -رضي الله
عنه- وكثروا أمر عثمان يوم الجمعة بالأذان الثالث، فأذن به على الزوراء،
فثبت الأمر على ذلك". رواه البخاري
Artinya : (“Dari Zuhri beliau
berkata sesungguhnya aku mendengar Sa’ib Ibn Yazid berkata :
Sesungguhnya adzan pada hari jum’at mula-mula diadakan saat imam duduk
diatas mimbar pada hari jum’at pada zaman Nabi SAW, Sayyidina Abu Bakar
As-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khotob. Pada masa kekholifahan
Sayyidina Utsman bin Affan saat kaum muslimin semakin banyak maka
Sayyidina Utsman memerintahkan menambah satu adzan yakni adzan yang
ketiga yang dikumandangkan di Zauro’, maka setelah itu seperti itulah
ketetapan adzan di dalam sholat jum’at.” )
Imam Bukhori
menyebut adzan yang ketiga karena secara istilah iqomat juga disebut
sebagai adzan seperti yang disabdakan Nabi SAW.
بين كل أذنين نافلة لمن شاء
Artinya:(Antara 2 adzan ada sholat sunnah yang sunnah untuk dilakukan bagi yang mau melakukan”).
Rasulullah menyebut adzan dan iqomat dengan istilah 2 adzan .
Yang bisa di fahami dari dua riwayat dari Imam Bukhori adalah adzan
dalam jum’at yang semula hanya ada 2 yakni adzan dan iqomat saja,
kemudian ditambah oleh Sayyidina Utsman dengan 1 adzan, seperti
disebutkan oleh Imam Bukhori dengan istilah adzan yang ketiga, maka
adzan dalam jum’at adalah adzan pertama, adzan kedua dan iqomah.
Ibn Hajar Al-Asqolani di dalam Fathul Bari Juz 2 hal 394 berkata :
"والذي يظهر أن الناس أخذوا بفعل عثمان في جميع البلاد إذ ذاك؛ لكونه خليفةً مطاعَ الأمر"
“Yang bisa di fahami sesungguhnya orang-orang telah melakukan dengan
apa yang dilakukan Sayyidina Utsman di setiap negeri pada waktu itu
karena beliau adalah seorang kholifah yang harus dipatuhi perintahnya”.
Dan sungguh mematuhi Sayyidina Utsman adalah hakikat sunnah Nabi SAW
seperti yang disabdakan Nabi SAW dalam hadits yang diriwayatkan Imam
Ibnu Hibban dan Imam Hakim.
من يعش منكم بعدي فسيري إختلافا كثيرا فعليكم بسنتي وسنة الحلفاء المهد يين الراشدين .
“Siapapun yang hidup setelahku maka akan melihat perbedaan yang
banyak, maka hendaknya kalian semua berpegang kepada sunnahku dan sunnah
para Kholifah Ar-Rosyidin.”
Dan itulah yang dipahami oleh
para sahabat Nabi SAW sehingga pada zaman Sayyidina Utsman 2 adzan
dalam sholat jum’at adalah merupakan Ijma atas kesepakatan para ulama
dari masa Sayyidina Utsman bin Affan hingga hari ini. Hingga munculah
pendapat yang berbeda yang seolah-olah mereka lebih tau tentang sunnah
Nabi kemudian berani mengatakan jum’at dengan 2 adzan adalah bid’ah,
maka pendapat seperti itu adalah pendapat yang tidak bisa dianggap sama
sekali. Artinya yang membid’ahkan 2 adzan adalah membid’ahkan para
sahabat-sahabat Nabi yang mulia dan sungguh benar apa yang disabdakan
Nabi SAW,
إن أخر هذه الأمة يلعن أولها أخرها . حديث صحيح . رواه ابن ماجه
“Sesungguhnya umat akhir dari umat ini akan melaknat para pendahulu-pendahulunya” Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majjah
Terbukti sabda Nabi SAW pada zaman akhir ini ada orang yang membid’ahkan para salaf dan para sahabat Nabi SAW.
Mungkin ada yang bertanya, Bukankah sholat jum’at sudah ada pada zaman
Nabi SAW ? Akan tetapi kenapa pada zaman Nabi adzan hanya dikumandangkan
sekali kemudian di saat datang Sayyidina Utsman menjadi 2 kali ?
Jawabannya adalah seperti yang disebutkan dalam riwayat Imam Bukhori di
atas sebabnya adalah orang-orang semakin banyak pada zaman Sayyidina
Utsman dan kota Madinah semakin melebar.
Dalam masalah ini sungguh
tidak akan menjadi masalah bagi orang yang mengerti sunnah Nabi dan
bagaimana berpegang pada sunnah Nabi SAW. Dan sudah menjadi maklum bagi
ulama dari para sahabat Nabi bahwa berpegang kepada Khulafa Ar-Rosyidin
adalah juga berpegang pada sunnah Nabi SAW.
Dari itulah kenapa
para sahabat Nabi SAW bersepakat mengikuti Sayyidina Utsman padahal
para sahabat Nabi juga banyak dari para ulama selain Sayyidina Utsman.
Sungguh mereka tidak mengikuti sahabat Utsman kecuali karena benarnya
apa yang dilakukan oleh Sayyidina Utsman Bin Affan Ra.
Waktu adzan yang pertama dan jarak antara adzan yang pertama dan kedua
Masalah jangka waktu antara adzan pertama dan kedua tidak ada
ketentuannya, hanya dikira-kira sekedar agar kaum muslimin bisa
bergegas mempersiapkan sholat jum’at.
Adapun waktu adzan awal para
ulama berbeda pendapat, sebagian mengatakan sebelum masuk waktu dhuhur
sebagian lagi mengatakan setelah masuk waktu dhuhur. Dan perbedaan
seperti ini bagi mereka para ulama sangat sederhana sebab intinya untuk
mengingatkan orang-orang agar bersiap-siap dan bergegas pergi ke masjid .
Pendapat ulama Saudi
Berikut ini kami akan menukil
pendapat tokoh-tokoh dari Saudi yang sebetulnya kami tidak perlu
mendatangkan pendapat-pendapat mereka karena dalam buku-buku kitab ahli
sunnah wal jama’ah 4 madzhab sudah diterangkan dengan jelas dan gamblang
tanpa ada keraguan sedikit pun bahwa ulama telah bersepakat bahwa adzan
dalam sholat jum’at adalah dengan 2 adzan.
Akan tetapi setelah
munculnya fitnah pembid’ahan terhadap 2 adzan atau membid’ahkan adzan
tambahan Sayyidina Utsman. Maka kami perlu untuk menghadirkan pendapat
tokoh-tokoh dari Saudi agar orang-orang yang mengingkari 2 adzan
tersebut bisa membaca. Karena kebanyakan dari mereka yang mengingkari 2
adzan banyak berkiblat kepada para tokoh-tokoh dari Arab Saudi. Dan
dengan sengaja kami nukil dengan bahasa arabnya secara utuh barang kali
ada sebagian pembaca yang mengerti bahasa arab agar bisa membacanya
sendiri. Dan fatwa-fatwa tersebut juga kami nukil secara utuh tanpa kami
kurangi sedikitpun
Yang pertama datang pertanyaan kepada
Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz tentang kapan disyariatkannya 2
adzan dan bagaimana adzan tambahan yang bid’ah ini bisa terjadi di Saudi
dan bagaimana orang Saudi melakukan bid’ah.
Syaikh Abdul Aziz Bin
Abdullah Bin Baz menjawab dan jawaban ini juga dikeluarkan oleh lembaga
fatwa terpercaya dikalangan mereka yaitu Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhust
Al ‘Ilmiyah Wal Ifta’ dan juga Fatwa ini bisa di dapat dalam kumpulan
risalah-risalah Syaikh Abdul Aziz Bin Baz jilid 12.
Fatwa tersebut berbunyi :
ثبت عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: "عليكم بسنتي وسنة الخلفاء
الراشدين المهديين، فتمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ" الحديث، والنداء يوم
الجمعة كان أوله حين يجلس الإمام على المنبر في عهد النبي صلى الله عليه
وسلم وأبي بكر وعمر رضي الله عنهما، فلما كانت خلافة عثمان وكثر الناس أمر
عثمان رضي الله عنه يوم الجمعة بالأذان الأول، وليس ببدعة لما سبق من الأمر
باتباع سنة الخلفاء الراشدين، والأصل في ذلك ما رواه البخاري والنسائي
والترمذي وابن ماجة وأبو داود واللفظ له:
عن ابن شهاب أخبرني السائب بن
يزيد أن الأذان كان أوله حين يجلس الإمام على المنبر يوم الجمعة في عهد
النبي صلى الله عليه وسلم وأبي بكر وعمر رضي الله عنهما، فلما كان خلافة
عثمان وكثر الناس أمر عثمان يوم الجمعة بالأذان الثالث فأذن به على الزوراء
فثبت الأمر على ذلك،
وقد علق القسطلاني في شرحه للبخاري على هذا
الحديث بأن النداء الذي زاده عثمان هو عند دخول الوقت، سمَّاه ثالثاً
باعتبار كونه مزيداً على الأذان بين يدي الإمام والإقامة للصلاة، وأطلق على
الإقامة أذاناً تغليباً بجامع الإعلام فيهما، وكان هذا الأذان لما كثر
المسلمون فزاده عثمان رضي الله عنه اجتهاداً منه، ووافقه سائر الصحابة
بالسكوت وعدم الإنكار، فصار إجماعا سكوتياً
Artinya;(”Telah benar
riwayat dari Rosululloh SAW sesungguhnya Rosululloh bersabda :
“Hendaknya engkau berpegang dengan sunnah ku dan sunnah Khulafa
Ar-Rosyidin yang telah mendapatkan petunjuk. Maka berpeganglah dengan
sunnah tersebut dengan sungguh-sungguh.
Seruan adzan jum’at
mula-mula diadakan saat imam duduk di atas mimbar pada zaman Nabi SAW,
Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khotob. Pada
zaman Sayyidina Utsman bin Affan kaum muslimin semakin banyak. Maka
Sayyidina Utsman memerintahkan menambah adzan yang pertama dalam sholat
jum’at dan ini bukanlah BID’AH seperti yang telah disebutkan yaitu
adanya perintah dari Nabi untuk mengikuti sunnah para Khulafa
Ar-Rosyidin.
Dan landasan permasalahan ini adalah apa yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Imam Nasa’i, Imam Tirmidzi dan Imam Abu
Dawud . (Dan lafadz hadits ini diambil dari Abu Dawud)
Diriwayatkan
dari Ibnu Syihab beliau berkata : Telah memberikan kabar kepadaku Sa’ib
ibn Yazid : sesungguhnya adzan itu mula-mula adalah pada saat imam duduk
di mimbar pada hari jum’at pada zaman Nabi Saw, zaman Sayyidina Abu
Bakar As-Shiddiq dan zaman Sayyidina Umar bin Khotob. Pada masa
kekholifahan Sayyidina Utsman tatkala orang-orang semakin banyak
Sayyidina Utsman memerintahkan pada hari jum’at agar diadakan adzan yang
ke 3 yang kemudian dikumandangkan adzan di Zauro’. Dan setelah itu
menjadi tetap lah permasalahan ini seperti itu.
Imam Asqotolani
mengomentari hadits ini dalam Syarah Bukhorinya : “Sesungguhnya adzan
yang diadakan Sayyidina Utsman saat masuknya waktu diberi nama dengan
adzan ketiga karena dianggap sebagai tambahan dari adzan dihadapan imam
(diatas mimbar) dan iqomah untuk sholat. Iqomah di dalam sholat juga di
sebut dengan istilah adzan.
Dan adzan (tambahan) ini ditambakan oleh
Sayyidina Utsman saat kaum muslimin menjadi banyak, hal seperti ini
merupakan Ijtihad dari beliau, dan ijtihad ini disetujui para sahabat
Nabi SAW tanpa ada ingkar sama sekali dari mereka. Maka hal semacam ini
sudah menjadi Ijma atau kesepakatan (Ijma Sukuti).”)
Yang kedua Fatwa Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin dalam kitab Syarah Mumti’ juz 6 hal 162
Teks Fatwa tersebut sebagai berikut :
ولكن يجب أن نعلم أنّ عثمان ـ رضي الله عنه ـ أحد الخلفاء الراشدين الذين
أمرنا باتباع سنتهم، فإن لم ترد عن النبي صلّى الله عليه وسلّم سنة تدفع ما
سنه الخلفاء، فسنة الخلفاء شرع متبع، وبهذا نعرف أن الأذان الأول يوم
الجمعة سنة بإثبات النبي صلّى الله عليه وسلّم ذلك بقوله: «عليكم بسنتي
وسنة الخلفاء الراشدين» ، أما من أنكره من المُحدَثين، وقال: إنه بدعة وضلل
به عثمان ـ رضي الله عنه ـ فهو الضال المبتدع؛ لأن عثمان رضي الله عنه
سنَّ الأذان الأول بسبب لم يوجد في عهد النبي صلّى الله عليه وسلّم، ولو
وجد سببه في عهد الرسول صلّى الله عليه وسلّم ولم يفعله النبي صلّى الله
عليه وسلّم لقلنا: إن ما فعله عثمان -رضي الله عنه- مردود؛ لأن السبب وجد
في عهد النبي صلّى الله عليه وسلّم ولم يسن النبي صلّى الله عليه وسلّم فيه
شيئاً، أما ما لم يوجد في عهد الرسول عليه الصلاة والسلام السبب الذي من
أجله سنَّ عثمان -رضي الله عنه- الأذان الأول فإن سنتَهُ سنةٌ متبعةٌ، ونحن
مأمورون باتباعها
Artinya;(“Akan tetapi wajib untuk kita
mengetahuinya bahwa sesungguhnya Sayyidina Utsman bin Affan adalah salah
satu dari Khulafa Ar-Rosyidin yaitu orang-orang yang kita diperintahkan
untuk mengikuti sunnah mereka.
Jika tidak ada riwayat dari Nabi
SAW satu sunnah yang menolak (bertentangan) dengan sunnah para Khulafah,
maka menjadi pasti sunnah para khulafah tersebut adalah Syariat yang
harus di ikuti.
Atas dasar inilah kita bisa mengetahui sesungguhnya
adzan yang pertama pada hari jum’at adalah sunnah dengan pengukuhan
dari Nabi SAW di dalam sabdanya : “Hendaknya engkau berpegang pada
sunnah ku dan sunnah para Khulafa Ar-Rosyidin”
Adapun orang yang
mengingkari dari orang-orang baru (akhir zaman) yang mengatakan adzan
ini adalah bid’ah kemudian mengatakan Sayyidina Utsman adalah bid’ah,
sesungguhnya mereka sendirilah ORANG-ORANG YANG SESAT DAN AHLI BID’AH.
Sebab sesungguhnya Sayyidina Utsman mengadakan adzan yang pertama karena
sebab yang tidak ada pada zaman Nabi SAW. Seandainya sebab yang ada
pada zaman Sayyidina Utsman juga ada pada zaman Nabi kemudian Nabi
tidak melakukannya tetapi Sayyidina Utsman melakukannya niscaya kami
akan sependapat dengan mereka dan apa yang dilakukan Sayyidina Utsman
harus ditolak. Adapun sebab yang tidak ada pada zaman Nabi kemudian
adanya pada zaman Sayyidina Utsman dan Sayyidina Utsman melakukan atas
dasar sebab tersebut seperti adzan yang pertama ini maka sesungguhnya
itulah sunnah yang di ikuti dan kita pun diperintahkan untuk
mengikutinya”.)
Kesimpulan
Kaum muslimin dan muslimat ini
adalah sekelumit dari pencerahan untuk menghindarkan dari fitnah-fitnah
yang ada di masjid-masjid masyarakat kita. Dan mari kita semua kembali
kepada sunnah Khulafa Ar-Rosyidin dengan mempertahankan adzan jum’at
dengan 2 adzan dan bagi masjid yang adzannya hanya ada satu kali kita
kembalikan menjadi 2 adzan yang itu semua adalah demi kepatuhan kita
kepada ulama, Khulafa Ar-Rosyidin dan kepada Rosululloh SAW.
Dan bisa disimpulkan sebagai berikut :
1. Adzan jum’at dengan 2 adzan adalah kesepakatan para sahabat Nabi dan para ulama dari masa kemasa
2. Munculnya pendapat yang berbeda dengan ini adalah pendapat yang aneh dan hanya menimbulkan fitnah di tengah masyarakat
3. Mari kita membaca ilmu dengan penuh keinsyafan
Semoga Allah SWT memberikan hidayah kepada kita semua .
Wallahu a’lam Bish-showab
TIM Dakwah Al-Bahjah
♥ Muslimah ♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar